Fresh Juice Rabu Abu 1 Maret 2017 – Mat. 6:1-6,16-18 : Menguji Kemurahan Hati

Play

Pembawa Renungan : RP. John Laba, SDB
Timor Leste

Hari Rabu Abu
instagramFJ20170301
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga. Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya.’ Tetapi jika engkau berdoa masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya.’ Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
I: Demikianlah Injil Tuhan
U: Terpujilah Kristus.
Renungan:

Menguji Kemurahan Hati

Saudari dan saudara terkasih. Hari ini kita merayakan Hari Rabu Abu. Hari ini juga merupakan hari pertama kita memulai masa Prapaskah tahun 2017. Bapa Suci Paus Fransiskus menulis pesan Prapaskah kepada kita semua. Saya mengutip satu bagian dari pesannya, yang kiranya dapat menginspirasikan kita semua untuk memulai masa prapaskah ini dengan baik. Bapa Suci mengatakan: “Prapaskah adalah masa penuh rahmat untuk memperbaharui perjumpaan kita dengan Kristus yang hidup dalam Sabda-Nya, dalam sakramen-sakramen dan dalam diri sesama. Tuhan, yang selama 40 hari berpuasa di padang gurun telah mengalahkan tipu muslihat si Pengoda, menunjukkan kepada kita jalan yang harus kita tempuh. Semoga Roh Kudus menuntun kita kepada jalan yang benar menuju pertobatan, untuk menemukan kembali anugerah Sabda Allah, dibersihkan dari dosa yang membutakan dan melayani Kristus yang hadir lewat saudara-saudari yang berkekurangan. Saya mendorong semua umat beriman untuk mengalami pembaharuan spiritual ini dengan berpartisipasi dalam pelbagai aksi Prapaskah yang dilakukan oleh banyak organisasi gerejani di pelbagai belahan bumi untuk mengembangkan budaya perjumpaan dalam satu keluarga umat manusia kita.” Pesan Prapaskah Paus Fransiskus ini memiliki makna yang mendalam bagi kita semua terutama dalam membaharui diri kita di hadirat Tuhan.
Hari Rabu Abu yang kita rayakan setiap awal masa Prapaskah berasal dari tradisi Yahudi kuno, teristimewa dalam hal pantang dan puasa. Orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan berpantang dan berpuasa pada hari-hari tertentu dalam seminggu, yakni hari Senin dan Kamis. Hal praktis lain yang tetap dipakai hingga saat ini adalah kita menerima abu di dahi atau ditaburkan di atas kepala. Abu yang dioleskan pada dahi kita dalam bentuk tanda salib atau ditaburkan di kepala terbuat dari abu daun palma yang diterima pada hari Mingggu Palma. Abu adalah simbol yang mengatakan bahwa Tuhan Allah menciptakan kita dari debu tanah. Sebab itu para pelayan yang membagikan abu akan memilih untuk mengucapkan dua kalimat ini: “Ingatlah, engkau ini abu dan akan kembali menjadi abu.” (Kej 3:19) dan kalimat kedua adalah: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Abu juga melambangkan perasaan sedih karena perbuatan dosa dan salah yang telah memisahkan kita dari kasih Allah di dalam diri Yesus Kristus. Sebab itu kita menerima abu sebagai tanda pertobatan kita.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil yang kita dengar pada hari Rabu Abu ini membantu kita untuk membuka mata iman kita supaya dapat melihat Allah. Tuhan Yesus menasihati para murid-Nya supaya berhati-hati, jangan sampai melakukan kewajiban agamanya di hadapan orang supaya dilihat orang sebab tidak ada upah bagi mereka yang berperilaku demikian. Jadi kebiasaan memamerkan dirinya sebagai orang beragama hendaknya dihindari. Para murid Yesus sendiri diharapkan untuk terus bekerja bagi Allah tanpa harus diketahui oleh orang lain. Mereka tentu akan lupa apa yang sedang mereka lakukan bagi Tuhan Allah namun Ia akan memperhitungkan semuanya sebagai perbuatan-perbuatan baik.
Tuhan Yesus lalu memberikan wejangan kepada para murid-Nya dengan mengatakan tiga hal penting yang patut dilakukan sepanjang waktu di dalam Gereja yakni memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Mengapa ketiga hal ini penting untuk kita lakukan sepanjang masa Prapaskah atau masa Retret Agung ini?
Pertama, Memberi sedekah. Memberi sedekah merupakan tindakan konkret yang dapat kita lakukan dalam hidup kita karena kita merasa bahwa sesama adalah bagian dari hidup kita. Kita memiliki sikap empati, berbelas rasa dengan sesama yang sangat membutuhkan. Ini adalah ungkapan kasih kita kepada sesama yang juga menyatu dengan kasih kepada Tuhan. Sikap batin semacam ini tentu berlawanan dengan sikap munafik orang tertentu yang memberi sambil menghitung berapa yang sudah diberikan kepada sesamanya. Kita semua selalu mengalami ujian kemurahan hati.
Kedua, Berdoa. Berdoa merupakan pusat dari karya belas kasih dan puasa. Tuhan Yesus menghendaki agar para murid-Nya dan kita yang membaca Injil saat ini berdoa dengan tulus hati dan penuh iman kepada Tuhan. Kita semua diingatkan tentang berdoa secara pribadi dan komunitas, dengan mana doa itu benar-benar menyatukan kita dengan Tuhan dan sesama. Doa merupakan kesempatan untuk mengangkat hati dan pikiran kita hanya tertuju kepada Tuhan saja.
Ketiga, Berpuasa. Orang-orang Yahudi memiliki kebiasaan untuk berpuasa pada hari Senin dan Kamis dalam pekan. Orang-orang Kristen generasi pertama berpuasa dan pantang pada setiap hari Rabu dan Jumat (Didache 8.1). Yesus menghendaki agar orang jangan bersifat munafik ketika melakukan puasa tertentu. Puasa yang sifatnya batiniah sebab Bapa di surga selalu melihat yang tersembunyi di dalam hati kita dan membalasnya setimpal. Puasa batiniah berarti kita belajar untuk puasa berbuat dosa dan salah, puasa untuk mengulangi dosa dan salah yang sama.
Ketiga hal yang disampaikan Yesus yakni perbuatan kasih dengan memberi sedekah, berdoa dan berpuasa ini akan menjadi sempurna kalau kita semua berpegang teguh pada Sabda Tuhan. Paus Fransiskus menulis dalam pesan prapaskahnya: “Dasar segalanya adalah Sabda Allah, yang dalam masa ini kita semua diundang untuk mendengarkan dan merenungkan secara lebih mendalam.” Semoga dalam masa prapaskah ini kita semakin akrab dan bersahabat dengan Sabda Tuhan, dengan mendengar, membaca, merenungkan dan melakukan sabda di dalam hidup kita.
Dengan melakukan perbuatan amal kasih, berdoa dan berpuasa, kita juga menjalani sebuah ujian tentang kemurahan hati. Apakah kita benar-benar murah hati seperti Bapa di Surga? Apakah dalam masa prapaskah ini kita bermurah hati dalam karya amal kasih kepada sesama, dalam meningkatkan kualitas doa kita sehingga doa benar-benar tulus dan penuh iman dan berpuasa dengan segenap hati dan budi kita? Mari kita tunjukkan dalam hidup kita yang nyata.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami akan memulai masa prapaskah  dengan menerima abu. Kami menyadari bahwa kami berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu. Semoga sebelum kembali menjadi debu, kami dapat melakukan perbuatan amal kasih, berdoa dan berpuasa yang mendekatkan kami dengan Dikau dan sesama kami. Amen.
PJSDB