Fresh Juice 7 Februari 2018 – Mrk. 7:14-23 : Belajar Mendengar!

Play

Pembawa Renungan : RP. John Laba, SDB
Timor Leste

Mrk. 7:14-23.

 

instagramFJ20180207b
Lectio:
Pada suatu hari, Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!) Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”
Demikianlah Injil Tuhan kita,
Terpujilah Kristus.

Belajar Mendengar!

Banyak di antara kita mungkin masih mengetahui sosok Helen Keller. Beliau adalah seorang penulis, aktivis dan dosen, kelahiran Alabama Amerika Serikat, tanggal 27 Juni 1880 dan meninggal dunia pada tanggal 1 Juni 1968. Dikisahkan bahwa pada saat berusia 19 bulan, ia diserang sebuah penyakit sehingga menjadi buta dan tuli. Pada usia tujuh tahun Helen didampingi gurunya Anne Sullivan, hingga mampu mengolah potensinya yang tersembunyi di dalam dirinya. Di kemudian hari, Helen menjadi seorang tuna rungu dan tuna netra pertama yang mengubah dunia, karena berhasil menamatkan pendidikannya di universitas dengan hasil yang gemilang. Saya tertarik dengan sebuah perkataannya begini: “Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.” Perkataan Helen ini dapat membantu kita untuk mengerti dan percaya bahwa Tuhan menganugerahkan “sepasang mata batiniah” untuk melihat wajah dan keindahan ciptaan-Nya, sekalipun orang itu buta. Tuhan menganugerahkan “telinga batiniah” untuk mendengar setiap kebenaran, sekalipun orang itu tuli. Tuhan menganugerahkan hati yang menerima semua kasih sebab Allah adalah kasih.
Bacaan Injil hari ini sangat menarik perhatian kita. Penginjil Markus mengisahkan bahwa pada suatu hari Tuhan Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” Pertama-tama kita dapat membayangkan betapa Tuhan Yesus meminta perhatian banyak orang untuk mendengar-Nya dan berusaha untuk memahami semua perkataan yang keluar dari mulut-Nya. Dia bahkan dengan tegas mengatakan: “Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar”.
Mengapa Tuhan Yesus mengarahkan perhatian kita semua untuk mendengar-Nya? Ada satu persoalan yang muncul dalam kisah sebelumnya bahwa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat sempat mempersoalkan para murid Yesus yang tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang mereka, sebab mereka makan dengan tangan najis atau tangan yang tidak dibasuh lebih dahulu (Mrk 7:5). Tentu saja ini adalah kritikan sekaligus pukulan bagi Yesus, seorang Rabi yang disegani saat itu. Yesus sendiri sudah mengecam mereka sebagai orang munafik, namun kali ini Yesus kembali menegaskan lagi dalam pengajaran-Nya: “Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” Persoalan yang hendak ditampilkan di sini masih berkaitan dengan adat istiadat dan kebiasaan orang Yahudi menurut hukum Musa seperti membasuh tangan sebelum makan dan memperhatikan apakah makanan itu sendiri memang layak untuk dimakan atau tidak boleh dimakan karena najis. Tuhan Yesus menunjukkan kuasa dan wibawa-Nya dengan membuka wawasan semua orang untuk mengerti bahwa justru hal-hal yang keluar dari dalam hati seseorang itulah menajiskannya.
Lalu bagaimana dengan para murid-Nya yang saat itu kebingungan dan belum memahami perumpamaan ini? Yesus juga membuka wawasan mereka bahwa: Makanan yang dimakan oleh setiap orang memang masuk ke dalam tubuhnya namun tidak dapat menajiskannya sebab makanan itu tidak masuk ke dalam hati orang itu. Makanan itu justru masuk ke dalam perut dan nantinya dibuang ke jamban. Selanjutnya Yesus mengatakan: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan” Ini semua adalah kejahatan-kejahatan yang timbul dari dalam hati manusia dan menajiskannya.
Pada hari ini Tuhan Yesus membuka wawasan kita untuk mengerti bahwa sikap legalistis itu dapat menghalangi kita untuk mengasihi sesama manusia. Berkaitan dengan pengajaran Yesus, hal yang menajiskan sesungguhnya bukanlah makanan yang masuk ke dalam tubuh tetapi justru semua yang keluar dari dalam hati manusia. Kaum Semitis mengerti hati manusia sebagai pusat inteligensi mereka, pusat kehidupan afektif, kehendak dan rasionalitas mereka. Maka dari dalam hati manusia keluarlah duabelas jenis kejahatan yang disebutkan oleh Yesus. Setiap orang pasti mengalami dan secara sadar mengeluarkan sejumlah kejahatan yang berasal dari dalam hatinya.
Apa yang harus kita lakukan? Mari kita kembali kepada Tuhan Yesus dan mendengar-Nya. Dengan mendengar Yesus kita dapat mentaati semua perintah-perintah dan ajaran-ajaran-Nya. Dengan mentaati Yesus kita akan membuka hati untuk mengasihi-Nya lebih dari segala sesuatu yang kita lihat dan dengar di atas bumi ini. Apakah anda masih memiliki telinga untuk mendengar setiap kebenaran dari Tuhan? Kita juga belajar dari Yesus untuk berpikiran positif kepada sesama. Maka tinggalkanlah pikiran-pikiran negatifmu sekarang juga. Milikilah hati yang murni supaya dapat memadang Allah dalam hidupmu.
Doa: Tuhan Yesus, banyak kali kami bersikap legalistis, dan berpikir bahwa kami lebih suci dari orang-orang di sekitar kami. Ampunilah kami Ya Tuhan Yesus. Bukalah telinga kami untuk mendengar-Mu, berilah hati yang baru untuk mengasihi-Mu. Amen.
PJSDB