Fresh Juice 14 Agustus 2013 – Mat. 18:15-20 : Pentingnya Koreksi Persaudaraan

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB

Ul. 34:1-12;
Mzm. 66:1-3a,5,8,16-17;
Mat. 18:15-20

Bacaan:

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.  Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

 

Pentingnya Koreksi Persaudaraan

Kesombongan adalah salah satu akar dosa atau dosa pokok. Kesombongan menunjuk pada suatu kelekatan tak teratur pada keunggulan diri sendiri. Orang yang sombong cenderung mencari makna dan kepenuhan hidup dalam prestasi dan pencapaian diri sendiri. Di dalam Kitab Suci, dikatakan bahwa dosa manusia pertama adalah dosa kesombongan (Sir 10:14-15, Rm 5:19, Tob 4:14). Menurut Katekismus Gereja Katolik, Ada dua jenis kesombongan: manusia menilai kemampuannya terlalu tinggi, dengan berharap bahwa ia dapat mencapai keselamatan tanpa bantuan dari atas; atau ia berharap terlalu berani bahwa ia dapat menerima pengampunan dari kemahakuasaan dan kerahiman Allah, tanpa bertobat, dan menjadi bahagia, tanpa jasa apa pun” (KGK, 2092).  Orang yang sombong memang selalu lupa diri bahwa mereka tidak sendirian tetapi hidup bersama orang lain dan berada di hadirat Tuhan.

Saya memiliki pengalaman tertentu dalam membina para calon imam dan bruder. Salah satu hal penting yang dilakukan adalah membimbing mereka untuk menjadi pribadi yang matang, yang berani untuk melepaskan kesombongan manusiawi mereka. Satu jalan yang selalu dilakukan adalah memberi koreksi persaudaraan terhadap kekeliruan bahkan dosa-dosa yang dilakukan dengan sadar atau tidak disadari. Nah, bagaimana memberi koreksi persaudaraan kepada seorang saudara-saudari yang berdosa?

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini memberikan cara-cara memberi koreksi persaudaraan sebagai berikut:

Pertama, Kalau ada seorang saudara yang berdosa maka perlu duduk bersama, empat mata dan saling berbicara satu sama lain. Ini adalah saat yang tepat untuk memberikan koreksi berupa teguran persaudaraan. Kalau ia merasa berdosa dan mendengar teguran persaudaraan maka sikap tobatnya dapat ditata kembali.

Kedua, Kalau saudara itu tidak mendengar teguran persaudaraanmu, maka panggilah satu atau dua orang lain untuk duduk bersama dan berikan teguran persaudaraan. Mengapa demikian, karena kesaksian dua atau tiga orang memiliki kekuatan tertentu (Ul 19:15).

Ketiga, Kalau teguran persaudaraan dengan beberapa orang juga tidak didengar maka perlu mencari waktu untuk duduk bersama sebagai satu komunitas persaudaraan, dan memberi teguran bersama kepadanya.

Keempat, Kalau dengan teguran bersama dalam komunitas juga tidak didengar maka sebaiknya saudara itu dikeluarkan dari komunitas dan dianggap sebagai pribadi yang tidak mengenal Allah atau sebagai orang berdosa.

Inilah empat tahapan dalam memberi teguran atau koreksi persaudaraan kepada saudara yang berdosa. Tentu saja teguran persaudaraan ini dapat memiliki pengaruh kalau orang yang memberi koreksi memiliki kemampuan untuk mendoakan saudara yang berdosa. Sebab kalau koreksi persaudaraan itu semata-mata berasal dari dalam diri sendiri, maka koreksi persaudaraan itu juga tidak memiliki kekuatan apa-apa. Mungkin yang terjadi adalah rasa benci berkepanjangan. Realitas memang terjadi seperti ini. Mengapa orang tidak menerima koreksi dan tidak berubah, karena kita yang memberi koreksi belum mendoakan. Kita hanya mengoreksi karena kesal, marah atau dendam terhadap saudara kita.

Yesus dalam bagian terakhir injil hari ini menekankan aspek doa untuk sukses dalam memberi koreksi. Yesus berkata: “Jika dua orang di antaramu di dunia sepakat meminta apa pun, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul demi namaKu, Aku hadir di tengah-tengah mereka”

Mari saudara-saudariku, dunia, komunitas kita akan menjadi indah kalau hari demi hari kita saling mendoakan, saling memberi koreksi persaudaraan apabila ada yang berdosa. Rasa dendam dan iri hati akan hilang, asalkan orang itu tidak sombong, mau rendah hati untuk menerima koreksi persaudaraan. Banyak orang sulit menerima koreksi persaudaraan, karena orang itu sombong. Di lain pihak, ada juga orang suka memberi koreksi tetapi dirinya sulit untuk menerima koreksi persaudaraan. Inilah realitas hidup kita maka Tuhan perlu menjadi andalan hidup kita. Satu jalan yang juga dapat menjadi tawaran penting adalah sakramen tobat. Sering mengaku dosa membuat orang menjadi rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama.

Doa: Tuhan, kami memohon anugerah istimewa untuk mematikan kuasa kesombongan di dalam diri kami. Semoga kami boleh menjadi tanda dan pembawa kasih Allah bagi sesama. Amen

PJSDB