Fresh Juice 20 Juli 2013 – Mat. 12:14-21 : Bertanya-tanya untuk memahami Injil

Play

Pembawa Renungan : Sandy Kusuma

Kel. 12:37-42;
Mzm. 136:1,23-24,10-12,13-15;
Mat. 12:14-21

Daily Fresh Juice
Sabtu Pekan Biasa XV
20 Juli 2013

“Bertanya-tanya untuk memahami Injil.”

Sandy Kusuma


Para pendengar Daily Fresh Juice di manapun Anda berada,
Dari Denpasar Bali, saya, Sandy Kusuma,
menyampaikan salam damai sejahtera pada perjumpaan kita hari ini,
Sabtu Pekan Biasa ke XV, yakni sabtu ke-3 di bulan Juli ini.
Hari ini kita memperingati Nabi Elia,
nabi besar yang hidup sembilan abad sebelum Yesus Kristus,
yang kisahnya bisa kita baca pada Kitab Pertama Raja-Raja, mulai Bab 17.
Kita juga memperingati Santa Margaretha dari Antiokia,
martir yang tewas mengenaskan,
kepalanya dipenggal karena mempertahankan kaul keperawanannya.
Orang kudus ketiga yang kita peringati hari ini adalah VinsentKaun, dari Seoul, Korea Selatan,
yang menjadi tawanan perang dan diangkut ke Jepang.
VisentKaun adalah martir yang tewas dibakar hidup-hidup di Nagasaki, Jepang.

Hari ini kita akan mendengarkan dan merenungkan Injil Matius,
Bab 12, ayat 14 sampai 21.

Sekali peristiwa
orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus.
Tetapi Yesus tahu maksud mereka, lalu menyingkir dari sana.

Banyak orang mengikuti Dia, dan Ia menyembuhkan mereka semua.
Dengan keras Ia melarang mereka memberitahukan siapa Dia,
supaya genaplah sabda yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya,
“Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi,
yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan.
Roh-Ku akan Kucurahkan atas Dia,
dan Ia akan memaklumkan hukum kepada sekalian bangsa.
Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak,
suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan.
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,
dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,
sampai Ia menjadikan hukum itu menang.
Kepada-Nyalah semua bangsa akan berharap.”

Demikianlah Injil Tuhan.

Para sahabat Daily Fresh Juice yang dikasihi Tuhan,
Ada beberapa pertanyaan yang bisa kita jadikan penuntun
untuk lebih memahami Injil yang baru saja kita dengarkan ini.
Pertanyaan yang pertama,
“Mengapa orang-orang Farisi bersekongkol dengan orang-orangHerodian
hendak membunuh Yesus?”
Apa benar gara-gara Yesus banyak melakukan pelanggaran terhadap hukum Taurat?
Menyembuhkan orang pada hari Sabat?
Bersekutu dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa?
Tidak.
Semua itu hanyalah alasan yang dicari-cari
supaya bisa menghukum Yesus.
Sesungguhnya karena kedudukan mereka terancam,
karena Yesus semakin populer.
Mereka khawatir orang banyak tidak lagi mau mendengarkan mereka.
Lalu mereka pun mencari-cari kesalahan Yesus, menuduh-Nya yang bukan-bukan.
Mereka menuding Yesus telah menghujat Allah, mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.

Sifat buruk orang-orang Farisi itu ternyata telah diwariskan turun-temurun.
Sampai sekarang pun masih kita jumpai para pemimpin yang berperilaku buruk.
Menghalalkan segala cara
untuk menyingkirkan orang-orang yang mengancam kedudukannya,
yang menggoncangkehormatannya.
Mereka tega merekayasa suatu kejadian, memutar-balikkan fakta,
dan bahkan mengatas-namakan kebenaran untuk membenarkan kelakuan mereka.
Kita perlu mewaspadai pemimpin yang seperti ini.
Yesus pun telah mengingatkan kita,
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu
yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba,
tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.”

Pertanyaan berikutnya.
“Mengapa Yesus menyingkir ketika mengetahui adanya persekongkolan itu?
Dengan kuasa yang dimiliki Yesus,
apa susahnya menyingkirkan atau bahkan memusnahkan orang-orang yang bersekongkol itu?
Nabi Yesaya telah bernubuat tentang tindakan Yesus ini,
“Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak, suara-Nya tidak terdengar di jalan-jalan.”
Itulah yang terjadi.
Yesus menyingkir dari orang-orang itu.

Tetapi pertanyaannya belum kita jawab, mengapa Yesus menyingkir?
Apakah Yesus hendak menggenapi nubuat Nabi Yesaya itu?
Yesus ingin memberi contoh kepada kita,
bahwa diperlukan kerendahan hati dan penyangkalan diri
untuk mampu memahami kehendak Tuhan, untuk bisa bersekutu dengan Tuhan.
Menyingkir bukanlah berarti menyerah kalah,
Juga bukan berarti membiarkan kesewenanganmeraja-lela.
Yesus tidak kalah
dan Yesus tidak mengalah.
Sekali pun Yesus menyingkir,
orang-orang tetap berbondong-bondong mengikuti Yesus.
Artinya, orang-orang Farisi dan Herodian itulah yang sesungguhnya tersingkir.
Rombongan besar ada bersama-sama Yesus.
Yang bersekongkol hanya tinggal se gelintir saja.
Inilah buah dari kerendahan hati dan penyangkalan diri itu.

Step-back,
yakni mengayunkan kaki satu langkah ke belakang,
bukan berarti mundur.
Step-back adalah tindakan mengambil ancang-ancang.
Itu kita lakukan agar mampu melompat ke depan lebih jauh lagi.
Step-back bukanlah langkah mudur,
melainkan langkah maju ke depan yang lebih jauh dari yang mampu kita lakukan.

Sekarang kita sampai ke pertanyaan yang sulit,
“Mengapa Yesus melarang orang-orang memberitakan mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus?”
Bahkan Yesus melarangnya dengan keras.
Bukankah sebaiknya diberitakan seluas-luasnya
agar lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya,
agar orang-orang yang bersekongkol itu menjadi semakin sedikit jumlahnya?
Bukankah mujizat-mujizat yang luarbiasa itu
akan membuat gentar para musuh Yesus?
Kalau Yesus tidak menghendaki orang-orang memberitakannya,
lalu mengapa Yesus melakukan mujizat-mujizat itu,
bukankah sebaiknya tidak dilakukan
supaya tidak lagi menjadi berita?

Mujizat dilakukan bukan untuk mempesona orang-orang,
bukan untuk pamer-pamer,
apalagi untuk menakut-nakuti orang-orang yang bersekongkol itu.
Mujizat tidak dilakukan agar orang-orang menjadi takjub lalu memuji-muji.
Perlukah itu bagi Yesus atau pun bagi Bapa di Surga?

Kalau kita cermati,
sesungguhnya Yesus tidak sedang pamer-pamer kemampuan,
bukan sedang bermain akrobat atau bermain sulap.
Yang Yesus lakukan adalah menyatakan belas kasih Tuhan,
yakni menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan serta menghidupkan orang mati.
Oleh orang-orang,
perbuatan menyembuhkan orang sakit atau mengusir setan ini
ditangkap sebagai pertunjukan mujizat.

Lalu, bagaimana halnya
ketika Yesus mengubah air menjadi anggur pada pernikahan di Kana itu?
Bukankah itu pertunjukan mujizat?
Tidak.
Yang Yesus lakukan
bukan pertunjukan mengubah air menjadi anggur,
melainkan perbuatan belas kasih kepada pihak tuan rumah
yang kehabisan anggur, agar tidak dipermalukan.
Selain itu, Yesus melakukan itu atas permintaan Bunda Maria.

Bagi Tuhan, menyembuhkan orang sakit atau mengusir setan bukanlah mujizat.
Murid-murid Yesus dan banyak orang lain
melakukan yang sama seperti yang dilakukan Yesus.
Dokter sangat pandai menyembuhkan orang sakit,
lalu mengapa kita tidak mengatakannya sebagai mujizat,
mengapa kita menganggapnya sebagai hal yang wajar saja?
Tuhan mampu melakukan pekerjaan yang jauh lebih dahsyat, misalnya,
cukup dengan berkata-kata saja Tuhan menciptakan dunia dan alam semesta.

Yesus tidak ingin orang-orang terbuai oleh mujizat itu.
Jalan keselamatan yang dibukakan Yesus
tidak bisa dicapai melalui mujizat.
Keselamatan hanya bisa dicapai melalui pertobatan.
Yesus mau agar orang-orang bertobat,
bukan terpesona oleh mujizat.

Marilah kita tutup Daily Fresh Juice hari ini dengan berdoa bersama.
Ya, Bapa di Surga.
Kami tidak bermaksud berlebihan dengan bertanya-tanya perihal Putera-Mu Yesus Kristus.
Kami berkeinginan agar dapat memahami Injil dengan baik,
agar tidak mudah terpesona oleh nabi-nabi palsu
yang seolah-olah akan mendekatkan kami kepada-Mu.
Kami hanyalah manusia lemah,
seperti buluh yang patah terkulai,
atau seperti sumbu yang pudar nyalanya.
Hanya dengan pertolongan-Mulah
kami akan sanggup menghadapi segala godaan, cobaan dan mara-bahaya.
Kami berdoa di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan pengantara kami.

Semoga berkat Tuhan melimpahi kita,
melimpahi semua ibadah dan karya pelayanan kita.
Demi nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus.
Amin.