Fresh Juice 1 Oktober 2014 – Mat. 18:1-5 : Anak Kecil itu Inspirator Kita

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta

Hari Rabu, Pekan Biasa XXVI
Pesta  St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus
Yes. 66:10-14b atau 1Kor. 12:31-13:13;
Mzm. 131:1,2,3;
Mat. 18:1-5

Lectio:

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Demikianlah Injil Tuhan kita

Terpujilah Kristus

Renungan:

Anak Kecil itu Inspirator Kita

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Ia lahir dengan nama asli Maria Francoise Therese Martin. Ia lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1837. Ayahnya bernama Louis Martin dan ibunya Azelie Guerin. Ayahnya bekerja sebagai tukang arloji. Setelah istrinya meninggal, Louis membawa semua anak nya ke Lisieux. Kematian ibundanya membuat Theresia shock karena dia anak bungsu. Namun kakaknya Pauline mengambil alih tugasnya sebagai ibu untuk memperhatikannya. Sebagai anak bungsu, ia sangat di kasihi ayahnya. Ia mendapat banyak julukan: Theresia kecil, bungsu kecil, ratu kecil. Kakaknya Pauline yang membesarkannya mengambil keputusan untuk masuk biara Karmel di Lisieux pada bulan Oktober 1882. Theresia jatuh sakit lagi karena merasa kehilangan kakaknya. Namun ia disembuhkan secara ajaib. Di kamarnya terdapat patung Bunda Maria dan sambil memandangnya, patung itu tersenyum kepadanya. Ia kemudian masuk dalam biara Karmel pada usia 14 tahun. Di usianya yang masih muda ia mengalami sakit paru-paru. Ia meninggal dunia pada usia 24 tahun.

Theresia memiliki doa-doa sederhana, ibarat seorang anak kecil yang bersahabat dengan Tuhan. Ia pernah berdoa: “Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini maminanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan! Dan kalau hendak Kau tinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu…O.. Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu”. Orang kudus memiliki doa sederhana, penuh persahabatan.

Ia juga pandai membagi pengalaman rohaninya. Ia pernah menulis: “Di suatu hari Minggu kupandang Yesus di salib. Hatiku tersentuh oleh darah yang menetes dari tangan-Nya yang kudus. Kurasa sungguh sayang, sebab darah itu menetes ke tanah tanpa ada yang menampungnya. Aku pun memutuskan untuk dalam Roh tinggal di kaki salib supaya dapat menampung darah Ilahi yang tercurah dari salib itu dan aku mengerti bahwa setelah itu aku harus menuangkannya atas jiwa-jiwa.”(Otobiografi).

Kisah kehidupan St. Theresia menginspirasikan kita untuk memahami perikop Injil pada hari ini. Yesus memanggil dan memilih para muridNya dari kalangan orang-orang sederhana dengan latar belakang hidup yang berbeda-beda. Itu sebabnya tidaklah mengherankan kalau di antara mereka ada saja ambisi-ambisi tertentu, atau hasrat tertentu untuk menjadi populer di hadapan Yesus dan lain sebagainya. Pada saat itu Yesus juga baru menampakan kemuliaanNya di atas gunung dan ketika turun dari gunung Ia melanjutkan tugasNya bersama para muridNya untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Pikiran para rasul masih duniawi. Kerajaan Allah bagi mereka itu sama dengan Kerajaan dalam pandangan manusiawi di mana ada rajanya dan masyarakat yang diperintahkanNya. Orang berlomba-lomba untuk menjadi penguasa dalam kerajaan manusiawi.

Kali ini murid datang kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.” Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan mereka tetapi membuka mata hati mereka untuk memandang seorang anak kecil yang ditempatkan Yesus di tengah-tengah mereka. Sambil memandang anak kecil, Yesus berkata: “Sesungguhnya jikalau kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Barang siapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini dialah yang terbesar di dalam Kerajaan Surga” (Mat 18:3). Yesus juga membandingkan anak kecil dengan diriNya. Menerima anak kecil berarti menerima Yesus sendiri.

Perikop ini mengatakan hal-hal yang patut kita hayati sebagai murid-murid Tuhan. Pertama, supaya kita semua menjauhkan sikap ambisi yang berlebihan karena sikap itu tidak banyak gunanya dalam hidup bersama. Keluarga atau komunitas bisa hancur karena ambisi manusiawi. Kedua, ambisi berlebihan itu diganti dengan sikap rendah hati sebagaimana disimbolkan oleh anak kecil. Yesus Tuhan kita itu lemah lembut dan rendah hati (Mat 11:29). Mari kita berdoa supaya Tuhan menganugerahkan kebajikan kerendahan hati bagi kita masing-masing. Ketiga, supaya bisa mengurangi ambisi pribadi, dan bersikap rendah hati maka kita harus bertobat. Kita berbalik kepada Tuhan yang rendah hati di hadapan manusia dan menebusnya melalui Yesus Kristus.

Pada hari ini St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus menjadi ispirator kita untuk mengikuti jalan kekudusannya. Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip doa kepada St. Theresia: “O Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus, tolong petikan bagiku sekuntum mawar dari taman surgawi, dan kirimkan padaku dengan suatu amanat cinta. O Bunga kecil dari Yesus, mintalah kepada Allah hari ini untuk menganugerahkan rahmat yang kami butuhkan (sebut intensimu) Ya Santa Theresia, bantulah aku untuk senantiasa percaya kepada belas kasihan Allah yang begitu besar sama seperti yang engkau sendiri alami dalam hidupmu sehingga aku juga boleh menelusuri lorong kecilmu setiap hari. Amen.

PJSDB