Fresh Juice 2 Juli 2014 – Mat. 8:28-34. : Apakah Urusan Tuhan dengan kita?

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta

Am. 5:14-15,21-24;
Mzm. 50:7,8-9,10-11,12-13,16bc-17;
Mat. 8:28-34

Lectio:

Pada suatu hari Yesus pergi ke seberang Danau Galilea, yaitu di daerah orang Gadara. Pada waktu itu datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itupun berteriak, katanya: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.” Yesus berkata kepada mereka: “Pergilah!” Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Demikianlah Injil Tuhan kita. Terpujilah Kristus.

Renungan:

Apakah Urusan Tuhan dengan kita?

Pada suatu hari ada sebuah keluarga muda yang datang untuk berbicara dengan saya di pastoran. Pasutri muda ini sedang mengalami angin sakal dalam keluarga dan membahayakan relasi mereka satu sama lain. Pasalnya orang tua keduanya masih ikut campur tangan urusan keluarga muda ini. Ketika sang istri belum mahir memasak, mertuanya selalu memberikan seribu comelan katanya mengapa kamu sudah menikah tetapi belum bisa memasak? Banyak perkataan yang keluar dari mulut orang tua yang sangat mengganggu relasi pasutri ini. Saya lalu menyarankan mereka untuk mengingat kembali janji perkawinan mereka. Bahwa sebagai suami istri mereka menjadi satu daging dan berusaha saling menerima satu sama lain termasuk keluarga dan orang tua mereka. Masalahnya ada pada sikap orang tua yang terlalu banyak mencampuri urusan keluarga anak sehingga saya menyarankan mereka untuk duduk bersama orang tua dan mengatakan apa adanya keadaan mereka.

Pada hari ini kita mendengar kisah injil yang menarik. Yesus sedang mengadakan perjalanan ke daerah orang Gadara seberang Danau Galilea. Daerah ini bagi orang Yahudi disebut daerah orang kafir. Di sana ia berjumpa dengan dua orang yang kerasukan setan keluar dari kubur untuk menemuinya. Konon setan yang merasuki kedua orang itu sangat buas dan menakutkan banyak orang sehingga mereka pun tidak  berani melewati tempat itu. Hanya Yesus sendiri yang berani melewatinya. Apa yang terjadi ketika mereka melihat Yesus? Ternyata kuasa Yesus jauh melebihi mereka sehingga mereka berteriak dengan nada ketakutan: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” (Mat 8:29). Mereka pun menyerah dan meminta kepada Yesus untuk memasukkan diri mereka ke dalam kawanan babi. Babi-babi itu pun terjun menuruni tebing ke dalam danau dan mati lemas di dalam air. Situasi ini memancing seluruh kota untuk keluar dan mendesaknya untuk meninggalkan daerah mereka.

Tuhan Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan orang-orang sakit, fenomena alam seperti angin sakal dan gelombang danau juga takluk kepadaNya. Kali ini Yesus menunjukkan kuasaNya untuk menaklukan setan di daerah orang asing (Gadara). Tak seorang pun berani melewati daerah itu, hanya Yesus yang melewatinya dan mampu menaklukan setan-setan. Setan-setan merasa bahwa urusan mereka untuk merasuki manusia dihadang oleh kuasa ilahi Yesus sehingga mereka berteriak dengan ganas. Memang orang-orang Yahudi percaya bahwa setan itu berkuasa bagi manusia hingga saat sebelum pengadilan terakhir. Tetapi dalam kisah ini Yesus datang mendahuluinya untuk mengalahkan mereka. Memang tugasnya Yesus adalah mencampuri urusan manusia dalam hal ini menyelamatkan manusia dari kuasa setan. Tindakan keselamatan ini bukan hanya bagi orang Israel tetapi juga bagi orang-orang di luar komunitas Israel.

Satu hal lain yang dikisahkan dalam Injil hari ini adalah, orang-orang di daerah Gadara tidak menyadari kebaikan Tuhan Yesus yang melepaskan mereka dari kuasa setan. Mereka belum memiliki kebiasaan bersyukur atas kebaikan Tuhan karena membebaskan mereka dari kuasa setan. Mereka justru mendesak Yesus untuk meninggalkan daerahnya. Hal yang sama selalu terjadi dalam hidup kita. Banyak kali kita lupa bersyukur atas kebaikan Tuhan dan sesama yang kita alami.

Sabda Tuhan hari ini menantang kita untuk dua hal ini. Pertama, Yesus ikut terlibat dalam urusan kita untuk kebaikan yakni menyelamatkan kita dari kuasa setan. Kita juga bisa ikut terlibat dalam kehidupan sesama untuk kebaikan dan kasih bukan untuk memecah belah dan menguasai (devide et impera). Kedua, Kita belajar untuk selalu bersyukur atas segala kebaikan dari Tuhan dan sesama. Matikanlah sikap “lupa bersyukur” dengan kebiasaan baik “selalu bersyukur”.

PJSDB