Fresh Juice 4 Juni 2014 – Yoh. 17:11b-19 : Sukacita itu Sebuah Anugerah

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta

Hari Rabu Pekan Paskah VII
Kis. 20:28-38
Mzm. 68:29-30,33-35a,35b-36c
Yoh. 17:11b-19

Lectio:

Dalam Perjamuan malam terakhir Yesus berdoa: Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Sukacita itu Sebuah Anugerah

Ada seorang kepala suku, sangat terkenal sebagai pemimpin rohani di kampung halamannya. Ia menyadari bahwa sebentar lagi Yang Mahakuasa akan menjemputnya maka ia memanggil tiga anaknya untuk memberi pesan-pesan terakhir. Dari atas ranjang, sang ayah yang juga kepala suku itu memberi pesan-pesan akhir. Pertama, supaya anak-anaknya saling mengasihi satu sama lain. Suku mereka akan tetap ada  dan kuat kalau mereka saling mengasihi selamanya sebagai saudara. Kedua, Supaya anak-anaknya tidak menjadi tamak terhadap segala sesuatu yang menjadi milik suku. Semua yang ada adalah milik suku bukan milik seseorang. Ketiga, Supaya mereka selalu bergembira dan saling menghibur satu sama lain. Inilah ketiga pesan dari kepala suku sekaligus pemimpin rohani suku tersebut. Selama bertahun-tahun sang ayah itu meninggal tetapi pesan-pesannya ini mengikat semua anggota suku tersebut. Mereka tetap merasakan kehadiran rohaninya.

Kisah sang kepala suku ini kiranya mirip dengan suasana komunitas Yesus saat itu. Tuhan Yesus memberi pesan-pesan akhir yang bertujuan menguatkan para muridNya supaya hidup dalam kasih, bahkan  dengan sebuah janji untuk mengutus Roh Kudus yang bertugas untuk mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan segala sesuatu yang telah diajarkanNya kepada mereka (Yoh 14:26). Yesus tidak berhenti pada “berjanji saja” tetapi ia juga bertindak sebagai Imam Agung yang berdoa memohon supaya Bapa mempermuliakanNya dan Ia juga berdoa supaya para muridNya memperoleh hidup kekal. Hidup kekal bagiNya adalah mengenal Allah Bapa sebagai satu-satuNya Allah dan Yesus Kristus sebagai satu-satunya utusan dari Allah Bapa.

Yesus juga berdoa supaya Bapa memelihara para murid, dalam hal ini Gereja dalam namaNya sebagai satu-satunya Allah. Yesus datang dari Bapa dan kembali kepada Bapa dan bersatu denganNya. Karena kasihNya yang besar kepada para muridNya maka Ia memohon supaya sukacitaNya penuh di dalam hidup para muridNya. Sukacita adalah anugerah eskatologis yang dijanjikan Yesus sendiri. Dalam Injil Yohanes misalnya, Yesus berkata: “Semuanya itu Kukatakan kepadaMu supaya SukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (Yoh 15:11). Ia menghimbau para murid untuk meminta sehingga dapat menerimanya supaya sukacitanya menjadi penuh (Yoh 16:24).

Sukacita yang total itu sama dengan persekutuan ilahi Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Maka sukacita Yesus menjadi penuh di dalam diri para murid adalah ketika para murid bersekutu atau menjadi bagian dari Yesus Kristus. SabdaNya adalah pengikat relasi ilahiNya dengan para murid. Dia juga yang memisahkan para murid dari musuh-musuh Allah di dunia, menghancurkan kuasa kegelapan, kebencian dan penganiayaan terhadap diri mereka. Memang sebagaimana dikatakan Yesus sendiri bahwa para murid berada di dunia tetapi mereka bukan berasal dari dunia sehingga pantaslah dunia membenci mereka.

Tugas kita sebagai gereja pada saat ini adalah menghidupi sukacita Yesus supaya tetaplah penuh  dan berbagi sukacita Tuhan Yesus dengan sesama yang lain. Syaratnya adalah tetap tinggal di dalam Yesus. Ia berkata: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Supaya sukacita Tuhan tetap bertahan di dalam hidup kita maka marilah kita tekun berdoa dengan kata-kata yang Yesus sendiri ajarkan di dalam InjiNya, kita mendengar dan melakukan SabdaNya sepanjang hidup kita.

Saya teringat pada Paus Emeritus Benediktus XVI, pernah berkata: “Menjadi orang Kristiani bukan hasil dari sebuah pilihan etis atau ide-ide yang lembut dan menawan hati tetapi justru pada pertemuan dengan sebuah peristiwa, seorang pribadi yang memberikan arah hidup yang baru kepada kita. Dialah Yesus Kristus!”

Sesungguhnya sukacita adalah anugerah indah yang lebih dari sekedar emosi. Sukacita itu perasaan bahagia yang bercampur dengan perasaan diberkati Tuhan. Sukacita merupakan anugerah dari Roh (Kis 8:39; Gal 5:22). Mari kita membawa sukacita Tuhan Yesus yang penuh dalam diri kita kepada sesama. Pertanyaan bagi kita adalah apakah ada sukacita di dalam hatimu?

Doa: Tuhan Yesus Kristus, hari ini hati kami berkobar-kobar, penuh dengan sukacita dalam Roh yang Engkau janjikan kepada kami. Semoga kami mampu membawa anugerah sukacita ini kepada sesama yang kami jumpai dan layani sepanjang hari ini. Amen

PJSDB