Fresh Juice 5 Februari 2014 – Mrk 6:1-6 : Kecewa dan Menolak Tuhan Yesus

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB 

Hari Rabu, Pekan Biasa IV

St. Agatha

2Sam 24:2.9-17

Mzm 32: 1-2.5.6.7

Mrk 6:1-6

Lectio:

Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Demikianlah Injil Tuhan.

Renungan:

Kecewa dan Menolak Tuhan Yesus

Ada sebuah kisah menarik tentang layar putih dan dayung kayu. Konon di sebuah sungai yang lebar terdapat sebuah perahu nelayan yang menggunakan layar putih dan mengikuti angin menuju ke hilir sungai. Layar putih berkibar karena menerima tipuan angin membuat perahu itu maju dengan cepat ke hilir.  Layar itu juga mengagumi bayangannya sendiri di atas air sungai yang jernih. Ia seperti kupu-kupu raksasa yang sedang terbang, indah dan perkasa. Sambil bangga dengan dirinya, ia melihat dayung yang terbuat dari kayu, tertidur di dalam perahu. Ia mengatakan bahwa dayung itu pemalas dan tidak berguna seperti dirinya bagi perahu.  Dayung tetap melanjutkan tidurnya tanpa bersuara. Ketika sore hari tiba, perahu itu harus kembali lagi. Tali pengikat layar dilepas dan layar digulung dari atas sampai ke bawah. Nelayan itu mengambil dayung kayu dan mendayung perahunya ke tepian. Layar itu menjadi cemas karena digulung dan merasa dirinya tidak berguna lagi. Dayung menertawakan layar putih sambil berkata: “Kamu hanya dapat merasa bangga dan hebat kalau sedang mengikuti angin, sedangkan aku, walaupun kemampuanku tidak besar, namun bisa digunakan untuk melawan angin”. Inilah sebuah kisah sederhana yang kiranya membantu kita memahami perikop Injil pada hari ini.

Penginjil Markus melaporkan bahwa Yesus meninggalkan Galilea menuju ke Nazareth. Jarak dari Galilea ke Nazareth adalah 25km. Danau Galilea letaknya 315m di bawah permukaan laut tengah, Yesus harus mendaki ke Nazareth yang letaknya 500m di atas permukaan laut tengah. Bisa dibayangkan perjalanan melewati daerah pegunungan dan melelahkan bersama para muridNya hingga tiba di Nazareth. Pada hari Sabath, Yesus mengajar di dalam rumah ibadat dengan kuasa dan wibawa ilahiNya. Ada dua kelompok orang di dalam rumah ibadat itu: ada yang takjub dan memuliakan Allah, dan ada juga yang  takjub dan mempertanyakan jati diri Yesus. Kelompok pertama adalah kaum anawim yang merindukan kehadiran Mesias untuk membebaskan mereka dari belenggu-belenggu kelaliman. Kelompok kedua adalah orang-orang yang memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar. Hati mereka tertutup pada rencana Allah sehingga mereka lebih banyak melihat diri dan mengagumi diri sendiri dan lupa memandang orang lain. Mereka ibarat layar putih yang angkuh ketika memandang dayung kayu yang dikira hanya tidur dan bermalasan di dalam perahu.

Saya memfokuskan perhatian pada kelompok kedua. Apa yang mereka lakukan? Mereka melihat Yesus berubah total. Ia sekarang menjadi seorang Rabbi! Maka wajarlah mereka bertanya, “Dari mana diperolehNya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepadaNya? Bagaimana Ia dapat melakukan mukjizat dengan tanganNya sendiri? Bukankah Ia anak tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita?” Mereka kecewa dan menolak Yesus. Reaksi Yesus adalah berkata: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

Kisah Yesus ini menarik perhatian sekaligus mengajar kita untuk bertumbuh dalam iman kepadaNya. Kita semua dihadapkan pada tantangan-tantangan tertentu terutama kecenderungan alamiah kita untuk mengikuti kelompok kedua yang takjub dan mempertanyakan jati diri Yesus. Pertama, Mungkin saja kita terlalu bangga bahwa kita mengimani Yesus, mengasihiNya, mengikutiNya dari dekat sehingga banyak kali kita melupakanNya. Kita merasa sudah akrab dan bersahabat denganNya tetapi lalai dalam doa dan mengahayati nasihat-nasihat Injil. Kita mengakui Yesus sebagai Tuhan tetapi kita sendiri tidak sepenuhnya mengimani Dia karena masih menyembah berhala dan memiliki jimat-jimat tertentu. Kita harus bertobat! Kedua, kita bisa menjadi ateis yang seolah dekat dengan Yesus padahal jauh dariNya. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini (Gaudium et Spes) sudah mengungkapkan tentang bentuk-bentuk dan akar-akar ateisme. Dalam dokumen ini dikatakan: “Banyak di antara orang zaman sekarang sama sekali tidak menyadari hubungan kehidupan yang mesra dengan Allah dan tegas-tegas menolakNya” (GS, 19). Jadi ada kelompok orang yang jelas-jelas mengingkari Allah dalam dunia modern ini.

Nah, lihatlah bahwa apa yang dialami Yesus pada zamanNya masih terjadi juga di dalam diri kita, di dalam Gereja masa kini. Banyak di antara kita yang lebih banyak melihat diri dan perannya di dalam Gereja sampai lupa bahwa orang lain juga punya andil untuk membangun Gereja. Layar putih dan dayung masih ada di dalam Gereja kita. Fenomena ateisme juga ada dan subur di dalam gereja kita. Orang berdalil melayani Tuhan tetapi itu hanya pada level “seolah-olah” karena dirinya juga belum sepenuhnya mengimani Yesus. Buktinya, ketika ada persoalan dalam hidup, orang mudah kecewa dan menolak Yesus!

Pada hari ini kita dikuatkan oleh Tuhan untuk berubah. Mari kita membuka hati kita untuk menerima Yesus. Dialah satu-satuNya Tuhan dan penebus kita. Hilangkan rasa kecewamu, janganlah menolak Dia dalam hidupmu.

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya sepanjang hari ini kami boleh menata dan membangun iman kami kepadaMu. Amen

PJSDB