Fresh Juice 6 Januari 2016 – Mrk. 6:45-52 : Kehadiran yang meneguhkan!
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 16:09 — 4.6MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Dili – Timor Leste
Hari Rabu Sesudah Epifani
Lectio:
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus.
Renungan:
Kehadiran yang meneguhkan!
Pada hari Rabu, 11 November 2015 yang lalu, Paus Fransiskus mengadakan general audience (audiensi umum). Ia menggunakan kesempatan audiensi umum ini untuk berkatekese tentang hidup bersama di dalam sebuah keluarga kristiani. Ia berkata, “Pola hidup bersama yang penuh keramahan dalam sebuah keluarga adalah sebuah barometer yang tepat untuk mengukur sehat tidaknya sebuah hubungan dalam keluarga: akan terlihat jika di dalam sebuah keluarga itu terdapat relasi yang kacau atau ada luka-luka tersembunyi yang ada di antara mereka. Meja makan adalah tempat yang tepat untuk memahami relasi di dalam keluarga. Ada keluarga yang hampir tidak pernah makan bersama, atau mereka makan bersama tetapi tidak pernah berbicara satu sama lain karena masing-masing orang sibuk menonton televisi, bermain gadget. Mereka adalah keluarga yang semu. Ketika di meja makan, anak-anak asyik bermain computer, bermain handphone, dan tidak berbicara satu sama lain maka ini bukan sebuah keluarga melainkan sebuah asrama.” Perkataan Paus Fransiskus ini merupakan sebuah teguran yang keras bagi setiap keluarga kristiani.
Keluarga bukanlah sebuah asrama atau sebuah kontrakan yang bisa bubar kapan saja, keluarga adalah sebuah persekutuan pribadi dengan pribadi karena kasih. Allah mempersatukan setiap pribadi karena kasih. Maka kehadiran setiap pribadi dalam keluarga adalah sebuah kehadiran yang aktif bukan kehadiran pasif.
Saya pernah mengamati perilaku keluarga-keluarga yang makan bersama di restoran. Saya boleh mengatakan bahwa semua anggota keluarga boleh hadir, berdekatan secara fisik tetapi sebenarnya mereka seolah-olah tidak hadir dan berjauhan, karena mereka masing-masing sibuk dengan handphone-nya. Makanan yang terhidang di atas meja lebih banyak disantap oleh lalat. Saya melihat orang tua yang tidak berdaya dalam usaha menguasai dirinya dari perbudakan gadget, mereka juga dengan sendirinya mereka tidak berdaya mengajarkan anak-anak mereka untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap gadget. Di sini sangat dibutuhkan sebuah kehadiran yang aktif yang meneguhkan bukan kehadiran pasif dari para orang tua. Kehadiran yang aktif akan mengubah pola hidup dan perilaku setiap pribadi di dalam keluarga.
Perikop Injil pada hari ini membantu kita untuk menyadari kehadiran aktif dan meneguhkan dari Tuhan Yesus di tengah umat manusia yang degil. Dikisahkan oleh Penginjil Markus bahwa Yesus barusan membuat sebuah mukjizat dengan memperbanyak lima potong roti dan dua ekor ikan di Tabgha atau עין שבע , Ein Sheva. Para murid yang memiliki sedikit makanan ini dibantu oleh Yesus untuk belajar berbagi dan bersyukur. Ia sendiri dalam Ekaristi-Nya berbagi seluruh hidup-Nya bagi umat manusia. Ia juga berjanji untuk tetap hadir secara aktif, menyertai Gereja-Nya hingga akhir zaman (Mat 28:20). Ini merupakan tanda kasih yang tidak berkesudahan bagi Gereja.
Dikisahkan juga oleh Penginjil Markus bahwa Tuhan Yesus menggunakan kesempatan untuk bersatu dengan Bapa dalam doa dan menyuruh para murid untuk berjalan mendahului-Nya. Para murid merasa kesulitan untuk mendayung perahunya karena angin sakal di tengah danau. Mereka membutuhkan Yesus untuk membebaskan mereka dari gangguan angin sakal tetapi mereka tidak berani, masih menutup mata hati mereka. Ini adalah kedegilan hati mereka. Mereka bahkan hanya bisa berteriak karena melihat Yesus, seolah-olah sedang melihat hantu. Yesus menunjukkan kehadiran-Nya yang aktif dengan berkata: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” (Mrk 6:50). Ia naik ke atas perahu, anginnya menjadi redah. Para murid bingung karena belum mengerti dan hatinya masih degil.
Kisah Injil hari ini adalah gambaran nyata kehidupan Gereja sebagai sebuah persekutuan dan kisah hidup setiap pengikut Kritus. Kita adalah Gereja dalam sebuah bahtera yang sedang berziarah di atas dunia ini. Kita harus berani mengatakan bahwa kita membutuhkan Tuhan Yesus di dalam Gereja. Ada banyak angin sakal menggoncang gereja dari dalam dan luar gereja. Angin sakal di dalam tubuh gereja adalah sikap apatis dari setiap pribadi, relasi antar pribadi yang lemah bahkan mati karena korban teknologi. Angin sakal dari luar gereja adalah penganiayaan, penderitaan dan penolakan terhadap kehadiran gereja. Banyak martir yang hidup pada zaman ini!
Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa berjalan sendirian karena terlepas daripada-Nya, kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yoh 15:5). St. Paulus menguatkan kita semua ketika berkata: “Siapa yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan, atau penganiayaan atau kelaparan atau ketelanjangan atau bahaya atau pedang? Aku yakin, baik maut maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, atau pun suatu makhluk lain tidak dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8: 35.38-39). Kita lebih dari pemenang! (Rm 8:37).
Pada hari ini Tuhan Yesus mengajar kita untuk hadir secara aktif dan meneguhkan di dalam setiap keluarga masing-masing. Kita harus berubah di tahun yang baru ini. Semoga orang tua hadir lebih aktif dan meneguhkan dalam kehidupan anak-anaknya dan anak-anak juga hadir aktif dan meneguhkan dalam kehidupan orang tuanya. Kita juga disadarkan untuk meninggalkan kedegilan hati, keegoisan kita untuk membangun peradaban kasih. Orang-orang bisa menjadi takut dan cemas karena belum merasakan kasih dan kehadiran Tuhan.
Di masa natal ini, mari kita berdoa dan mengucapkan pujian dan syukur kita kepada Tuhan karena kerahiman-Nya bagi kita tidak pernah berubah: Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau selalu menunjukkan teladan dengan bersyukur kepada Bapa. Ajarilah kami supaya memiliki kemampuan untuk bersyukur kepada Bapa, dan berani menerima hidup kami apa adanya di hadirat-Mu. Jauhilah kami dari segala ketakutan yang berlebihan tetapi sadarkanlah kami bahwa Engkau selalu hadir dalam setiap waktu kehidupan kami. Amen.
PJSDB