Fresh Juice 6 Mei 2015 – Yoh. 15:1-8 : Bersekutu dengan Kristus

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta

Yoh. 15:1-8.

Lectio:

Dalam amanat perpisahan-Nya, Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

Demikianlah Injil Tuhan kita.

Terpujilah Kristus.

Renungan:

Bersekutu dengan Kristus

Pada pagi hari ini saya dibangunkan oleh bunyi musik dari kamar seorang konfrater. Ia memutar sebuah lagu inspiratif, mungkin lagu persiapan bathinnya sebelum ibadat pagi dan Ekaristi. Refrainnya berbunyi: “Ku ingin selalu bersekutu dengan-Mu, menikmati hadirat-Mu, biarkan Roh-Mu tinggal dalam hidupku, sungguh indah bersama-Mu, selamanya.” Sambil ikut mendengarnya dari kamar, saya merasa bahwa lagu ini bisa membantu kita semua untuk memahami pesan Sabda Tuhan Yesus pada hari ini.

Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang Tuhan Yesus dan para murid-Nya sedang berada di dalam Senakel, di Yerusalem. Pada saat itu, Ia berbicara dengan mereka dalam suasana penuh keakraban tentang keselamatan abadi. Ia menggunakan perumpamaan yang sesuai dengan situasi hidup mereka yang konkret. Ia menggunakan contoh tanaman anggur yang bisa menjadi simbol persekutuan yang indah antara Tuhan dan manusia, antara Kristus dan Gereja-Nya. Perlu kita ketahui bahwa tanaman anggur merupakan tanaman khas yang dimiliki oleh hampir setiap petani di Israel saat itu, selain gandum dan tanaman buah-buahan lainnya. Tanaman anggur menjalar ke mana-mana sesuai dengan pengaturan dari sang petani. Dari tanaman anggur ini kita bisa mendapat ide tentang makna relasi manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini pucuk-pucuk baru yang muncul, nantinya akan menjadi ranting-ranting, haruslah dijaga baik-baik oleh sang petani supaya bisa menghasilkan bunga dan buah. Kalau tidak diperhatikan maka ranting-ranting itu akan mati dan tidak menghasilkan buah apa pun. Bagi orang-orang Israel sendiri, pohon anggur merupakan lambang kehidupan mereka sebagai sebuah bangsa (Yer 2:21; Yeh 15:6; Hos 10:1). Tanaman anggur juga melambangkan suasana damai dan hidup berkelimpahan (1Raj 4:25; Mi 4:4).

Melalui perumpamaan tentang Pokok Anggur ini, Tuhan Yesus mau menegaskan dua hal penting berikut ini:

Pertama, Tinggal di dalam Yesus. Hal ini berhubungan dengan pentingnya persekutuan yang intim dengan-Nya bersama Bapa di Surga dalam Roh Kudus. Persekutuan yang intim disimbolkan dalam perkataan Yesus: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15: 5). Yesus adalah pokok anggur dan kita sebagai ranting-ranting bersatu dengan-Nya. Persekutuan yang intim diungkapkan Yesus dalam kalimat: “Tinggal di dalam Aku” (Yoh 15:4.6). Tinggal di dalam Yesus menurut Injil Yohanes berarti membentuk suatu persekutuan hidup bersama antara dua pribadi. Dalam hal ini persekutuan Yesus sang Putra dengan Bapa di Surga dalam Roh Kudus (Yoh 14:10), bisa juga persekutuan antara Yesus dan Gereja, persekutuan antara Tuhan dan manusia. Tinggal di dalam Kristus berarti berpartisipasi dalam keintiman dengan-Nya, saling berbagi hidup yang mendalam dengan Tuhan. Tinggal di dalam Yesus berarti menjadi murid-Nya.

Paus Fransiskus, dalam homilinya di Paroki St. Maria Regina Pacis, Roma, pada hari Minggu 3 Mei 2015 yang lalu, mengatakan bahwa tinggal bersama Yesus Kristus berarti melakukan segala sesuatu sebagaimana Ia sendiri sudah melakukannya: berbuat baik, menolong sesama, berdoa kepada Bapa, merawat orang sakit, membantu orang miskin, memiliki sukacita di dalam Roh Kudus. Paus juga mengartikan tinggal di dalam Yesus berarti bersatu dengan Yesus dan menerima hidup, kasih dan Roh Kudus dari-Nya. Tinggal bersama Yesus berarti menerima pengampunan yang berlimpah. Tinggal bersama Yesus berarti mencari dan berjumpa dengan Yesus dalam doa-doa kita, dan semakin menjadi dekat dengan-Nya dalam sakramen Ekaristi dan sakramen tobat.

Kedua, Pentingnya kita bersekutu dengan Yesus Kristus supaya memperoleh keselamatan dan menghasilkan buah-buah rohani. Ini berarti Tuhan Yesus itu harus dirasa penting dan dibutuhkan oleh manusia karena terlepas dari Yesus, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kita membuka diri kepada Tuhan dan membiarkan Ia masuk dan tinggal di dalam hidup kita. Bersatu dengan Yesus berarti siap untuk menghasilkan buah rohani dalam ketekunan. Kita harus sadar bahwa Yesus bukan hanya pokok anggur tetapi Pokok Anggur yang benar dan Bapa di Surga adalah pengusahanya. Kedua hal ini sangat penting di dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.

Saya mengakhiri renungan ini dengan membagikan sebuah sharing sederhana dari seorang romo. Ia mengatakan bahwa Tuhan itu suka lupa tetapi manusia lebih suka lupa. Dalam doanya ia berkata kepada Tuhan: “Tuhan betapa mudahnya saya melupakan Engkau, ketika aku sibuk atau menyibukan diriku sendiri. Betapa mudah melupakan Engkau ketika semua pengalaman hidupku baik-baik saja, bahkan tanpa sadar, saya mulai memisahkan diri saya dari Engkau sebagai pokok anggur sejati. Waktu doaku adalah sebuah thermometer yang baik: ketika saya memisahkan diri saya dari pokok anggur, saya merasa semakin singkat hidupku, hidup yang semakin memudar, tidak berguna. Saya mengikuti jalanku bukan jalan-Mu. Saya lupa dan lalai untuk berdoa. Saya jatuh dalam aktivisme belaka dan membenarkan diri bahwa semuanya untuk melayani-Mu. Namun, sekarang saya sadar bahwa semua ini bukanlah perkara menghapus aktivitas hidupku tetapi bagaimana melakukan segala sesuatu bagi-Mu dan bersatu dengan-Mu.”

Doa: Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Pokok Anggur yang Benar dan kami ranting-rantingnya. Bantulah kami untuk tetapi tinggal di dalam Engkau sehingga bisa menghasilkan buah-buah rohani yang berguna bagi diri kami dan sesama yang kami jumpai dan layani. Amen

PJSDB