Fresh Juice 8 Oktober 2014 : Doa “Bapa Kami” Menjadikan Kita Sebagai Saudara
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 13:43 — 3.9MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta
Hari Rabu Pekan Biasa XXVII
Gal 2:1-2.7-14
Mzm 117:1-2
Luk 11:1-4
Lectio:
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Renungan:
Doa “Bapa Kami” Menjadikan Kita Sebagai Saudara
Pada suatu kesempatan misa arwah, saya bertanya kepada seorang anak usia SD yang kehilangan ayahnya. Saya bertanya kepadanya tentang satu ingatan yang indah bersama ayahnya. Anak itu mengatakan bahwa ayahnya itu orang baik. Setiap hari ia selalu memanggilnya dengan sapaan yang diberikan kepadanya sejak lahir. Ia juga selalu menyempatkan diri untuk bermain guitar sambil menyanyi bersama. Semua umat yang hadir mendengar kesaksian ini dengan rasa terharu. Seorang ayah yang baik bukan karena kehebatan jasmani melainkan kehebatan rohani. Hal sederhana yang dilakukannya adalah menyapa anaknya dengan sapaan asli dan saling menghibur dengan musik. Hal yang biasa menjadi luar biasa bagi anaknya. Bapa selalu menjadi figur orang baik di hatinya.
Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah injil yang menarik perhatian kita bahwa Allah itu Bapa yang baik. Tuhan Yesus memiliki kebiasaan berdoa di tempat dan saat tertentu. Doanya sungguh menunjukkan persekutuan atau keintiman yang dalam antara dirinya sebagai Anak dan Allah sebagai Bapa. Persekutuan ini merupakan kesaksian yang hidup dan dialami oleh para rasulNya. Itulah sebabnya seorang dari murid-muridNya meminta Yesus untuk mengajar mereka berdoa seperti Yohanes mengajar para muridnya. Memang para murid Yesus kebanyakan adalah murid Yohanes dan mengetahui doa yang diajarkan Yohanes. Mereka juga yakin bahwa Yesus pasti bisa mengajar mereka sebuah doa.
Reaksi Yesus terhadap permintaan ini sangat positif. Ia berkata: “Kalau kamu berdoa katakanlah: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” (Luk 11: 2-4).
Katakanlah “Bapa” dalam doa-doa kita. Bapa adalah tujuan semua doa kita. Ia adalah Pencipta dan peduli dengan penuh kasih terhadap segala ciptaanNya. Kita tentu saja yakin dan percaya karena Yesuslah yang mengajarkan doa ini. Ia juga yang memanggil kita untuk menyatu denganNya dan memanggil Allah BapaNya menjadi Bapa kita juga. Kita menjadi anak-anak Allah bersatu dengan Yesus yang ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18) dan kita juga dapat berseru “Abba, Bapa” (Gal 4:6).
St. Siprianus dari Kartago pernah berkata: “Tuhan dan Guru kita telah mengajarkan doa Bapa Kami. Ini adalah doa yang intim dan sungguh-sungguh. Ketika kita berdoa di hadapan Allah dalam nama Yesus, doa itu naik dan sampai ke telinga Allah. Bapa akan mengenali suara anak-anakNya saat kita melambungkan sebuah doa. Kita semua berada di hadirat Allah. Kita semua adalah anak-anak kesayangan Bapa yang satu dan sama karena pembaptisan yang kita terima.
Mari kita kembali ke doa Bapa kami ini. Doa Bapa kami versi injil Lukas ini dibagi menjadi dua bagian penting. Bagian pertama dialamatkan kepada Allah sendiri yakni bahwa namaNya dikuduskan dan kerajaanNya datang ke atas dunia. Bagian kedua lebih merujuk pada kebutuhan hidup kita setiap hari yakni makanan secukupnya, pengampunan dosa dari Tuhan dan memohon dimampukan untuk mengampuni sesama yang bersalaha melawan kita dan membebaskan kita dari pencobaan dan kejahatan.
Kedua bagian doa Bapa Kami ini memang sangat sederhana karena mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan dan sesama manusia. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa doa Bapa Kami memang kelihatan sederhana tetapi merupakan doa yang paling sempurna dari segala doa. Seorang Bapa Gereja bernama Tertullianus mengatakan bahwa doa Bapa Kami merupakan ringkasan keseluruhan Injil. Pendapat St. Thomas dan Tertullianus memang benar. Doa Bapa kami merupakan model semua doa kristiani karena merupakan kombinasi doa penyembahan, pujian dan syukur terima kasih kepada Tuhan dan semua permohonan untuk kebutuhan hidup kita secara pribadi dan bersama sesama yang lain setiap hari. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah haruslah menjadi prioritas menyusul kebutuhan diri kita. Yesus berkata: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33).
Kita berdoa seraya memohon supaya Kerajaan Allah yang kudus, adil, damai dan kasih dapat datang ke tengah-tengah kita dan kita semua merasakan dan menikmatinya. KerajaanNya menguasai dunia kehidupan kita. Kita juga memohon pengampunan salah dan dosa kita dan kemampuan kita untuk mengampuni sesama. Kita memohon supaya diri kita dijauhkan dari segala mara bahaya yang mengancam jasmani dan rohani kita. Doa Bapa Kami ini bersifat menyatukan kita semua dan menjadikan kita sehati dan sejiwa karena memiliki satu Bapa yang sama.
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip St. Agustinus: “Dalam doa Bapa kami, kita semua secara bersama-sama mengucapkan Bapa Kami. Frasa ini diucapkan oleh semua orang, entah kaisar, entah rakyat jelata, entah tuan atau budak. Mereka semua adalah saudara karena mereka memiliki Bapa yang satu dan sama.” Apakah kita juga menyadarinya di dalam hidup setiap hari?
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk terus menerus memuji dan memuliakan namaMu. Amen
PJSDB