Fresh Juice 17 Juni 2015 – Mat. 6:1-6,16-18: Bapamu melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 14:22 — 4.1MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta
Hari Rabu, Pekan Biasa XI
Mat. 6:1-6,16-18
Lectio:
“Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan kita.
Terpujilah Kristus.
Renungan:
Bapamu melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu
Saudari dan saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pada suatu hari di sebuah paroki diadakan penggalangan dana untuk membagun sebuah Gereja di pedalaman nusantara. Pastor paroki dari pedalaman itu mendapat ijin khusus untuk merayakan Ekaristi sekaligus mengajak umat yang hadir untuk saling berbagi dengan sesama umat di pedalaman. Ia menunjukkan foto-foto keadaan bangunan gereja dan gedung pastoral yang sudah tidak layak untuk dihuni. Semua umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi itu sangat tergerak hati untuk berbagi. Dana yang terkumpul cukup besar kalau dibandingkan dengan penggalangan-penggalangan dana sebelumnya. Pastor paroki dari pedalaman itu mengucapkan terima kasih atas nama umat parokinya atas semangat berbagi dari pihak umat.
Surat ucapan syukur dan terima kasih dari pastor paroki dimuat dalam berita paroki yang berbagi. Sambil memandang jumlah dana dalam angka-angka yang terkumpul, muncullah reaksi-reaksi spontan dari pihak umat paroki yang berbagi. Ada umat tertentu yang memandang angka-angka itu sambil diam dan bersyukur kepada Tuhan karena ia bisa berbagi dengan sesama umat, ada umat yang mulai berbisik ke sana kemari tentang besarnya sumbangan yang telah diberikannya dalam bentuk cash atau transfer, ada umat yang bahkan bercerita kepada umat di paroki lain tentang penggalangan dana dan besarnya sumbangan yang sudah ia berikan.
Situasi sebagian umat di paroki ini kiranya menggambarkan kelemahan manusiawinya untuk lebih suka memamerkan apa saja yang sudah dilakukan kepada Tuhan dan sesama. Bagi kebanyakan orang, ini adalah pengalaman yang biasa-biasa saja meskipun sebenarnya keliru di hadapan Tuhan. Segala yang ada itu miliknya Tuhan, kita diberi kepercayaan untuk membantu diri dan sesama untuk bahagia dalam hidup.
Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini memberikan tiga hal yang menjadi bagian penting dalam hidup askesis kristiani. Ketiga hal yang di maksud adalah memberi sedekah, doa dan puasa. Ketiga hal ini haruslah kita hayati di hadirat Tuhan dan sesama dalam semangat kerendahan hati. Tuhan menasihat supaya kita tidak perlu memamerkan segala yang kita miliki atau kita lakukan. Hendaknya semuanya itu untuk kemuliaan nama-Nya yang kudus. Bapa di surga selalu melihat yang tersembunyi di dalam hati, suatu hasrat untuk mengasihi dari dalam hati kita. Hati adalah shekina, tempat Tuhan bersemayam di dalam diri kita. Tuhan Yesus menasihati kita untuk menghindari sedapat mungkin sikap lahiria, suka memamerkan kelebihan, menceritakan bala bantuan kepada sesama. Seharusnya kita diam dan bersyukur karena Tuhan bisa menjadikan kita tangan-Nya untuk rela menolong, mulut untuk bersyukur dan tubuh untuk berpuasa.
Tentang memberi sedekah. Tuhan Yesus mengajak kita supaya memberi sedekah dengan sembunyi, tanpa mencanangkan karena Bapa melihat yang tersembunyi akan membalasnya. Ini adalah simbol kerendahan hati, simbol hidup bersahaja di hadirat Tuhan. Maka janganlah kita suka menghitung-hitung apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan dan sesama. Banyak di antara kita suka bercerita atau memamerkan bantuan kepada sesamanya.
Tentang berdoa. Tuhan juga menghendaki kesederhanaan dan ketulusan hati kita untuk mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Banyak kali orang berpikir supaya berdoa dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar, puitis dan menarik perhatian banyak orang. Tuhan tidak melihat hal lahiria seperti itu. Ia melihat keterbukaan dan kesungguhan hati kita untuk bersatu dengannya. Janganlah munafik kalau anda berdoa!
Tentang berpuasa. Tuhan menghendaki supaya kita tetap bergembira, dan menjauhi hati yang sedih. Selagi Yesus sebagai mempelai masih ada bersama dengan kita sebagai sahabat mempelai maka yang ada hanya sukacita, ketika Yesus sang mempelai mulai menderita, saat itulah kita sebagai sahabat mempelai berpuasa (Mat 9:15).
Ketiga hal yang berhubungan dengan hidup askesis kristiani ini bisa mengubah kehidupan kita. Dengan memberi sedekah, berdoa dan berpuasa maka hidup kita akan menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus Kristus. Dia juga lebih dahulu melakukannya kepada kita karena kasih.
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip Kardinal Francis Xavier Nguyen Van Thuan. Dalam bukunya “Jalan Pengharapan”, ia menulis: “Menengok masa lalu untuk diratapi adalah tidak berguna. Menengok masa lalu untuk melihat hasil-hasil yang dicapai untuk membanggakan diri adalah berbahaya. Menengok masa lalu untuk belajar dari situ, sekarang adalah bijaksana. Ingat Tuhan selalu melihat yang tersembunyi dan membalasnya kepadamu”.
Doa: Tuhan, bantulah kami supaya selalu bermurah hati seperti Engkau sendiri murah hati kepada kami. Di hadirat-Mu kami mengakui sering merasa sombong ketika membantu sesama dalam memberi sedekah, sering lalai bersyukur dalam doa dan sulit membaharui diri kami untuk menjadi serupa dengan-Mu. Semoga hari ini sungguh-sungguh membaharui hidup kami. Amen.
PJSDB