Fresh Juice 18 September 2013 – Luk. 7:31-35 : Mereka itu seumpama…
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 11:20 — 3.2MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
1Tim. 3:14-16;
Mzm. 111:1-2,3-4,5-6;
Luk. 7:31-35
Lectio:
Kata Yesus: “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Mereka itu seumpama…
Ada seorang imam Misionaris. Ia melayani umat di sebuah pedalaman selama lebih kurang 40 tahun. Semakin usia bertambah, ia juga merasa semakin menyatu dengan umat setempat. Banyak hal yang ia alami sebagai tanda menyatu dirinya dengan tanah misi, misalnya dalam hal makan, minum, bahasa, pakaian bahkan kulitnya pun perlahan beradaptasi dari putih menjadi hitam. Ketika merayakan hari ulang tahun kehadiran pertama kali di tanah misi itu, ia memberi sambutan seperti ini: “Saya bersyukur kepada Tuhan karena saya mempersembahkan diri saya untuk Tuhan di tanah ini. Karena Tuhan maka saya dapat merayakan 40 tahun hidup untuk semua umat di tanah ini. Mereka memiliki banyak kelebihan dan lebih banyak kekurangan juga. Saya pernah merasa ada penolakan terhadap pelayanan pastoral tetapi saya tetap mau tinggal di sini selamanya karena saya mengasihi mereka”. Ketika mendengar sambutannya ini saya terharu. Ia mengatakan: “Saya hidup untuk orang-orang di tanah ini”. Hidup untuk orang lain itu tidaklah mudah. Kita harus memberi segala-galanya untuk orang yang kita layani! Kita harus menerima mereka apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Mereka memiliki banyak kekurangan tetapi kekurangan dibalas dengan kasih.
Sharing pengalaman misionaris di atas membuka wawasan kita untuk memahami perikop Injil pada hari ini. Ada dua figur yang diutus Allah untuk hidup bagi orang lain tetapi mereka mengalami penolakan. Pertama, Yohanes Pembaptis datang dan mempraktekkan hidup askesis dengan tidak makan roti dan minum anggur. Terhadap sikap Yohanes ini, banyak orang menganggap Yohanes sebagai orang yang kerasukan setansehingga tidak diterima. Kedua, Yesus Kristus juga diutus oleh Bapa untuk menebus dosa manusia. Ia mewujudkannya dengan makan dan minum bersama semua orang baik dan jahat. Yesus dianggap sebagai seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Yesus dalam perikop kita ini kecewa dengan orang-orang Yahudi pada masa itu yang melihat semua karyaNya, mendengar perkataanNya tetapi mata hati mereka buta dan keras sehingga tidak menerima kehadiranNya. Karena sikap mereka demikian maka Yesus mengatakan bahwa mereka itu seumpama: anak-anak yang duduk di pasar dan saling menyeruhkan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis. Anak-anak yang duduk di pasar adalah simbol orang-orang Yahudi yang tidak mengerti dan memahami kehadiran Yohanes dan Yesus. Belum ada kematangan rohani di dalam diri mereka. Padahal Yohanes Pembaptis dan Yesus berada di tengah-tengah mereka sebagai tanda keselamatan bagi umat Israel. Hidup Yohanes dengan hidup askesisnya berkaitan dengan kidung duka, hidup Yesus dengan saat kebersamaan untuk makan dan minum menandakan sukacita laksana tarian selama perkawinan. Orang-orang Yahudi sendiri sama dengan anak-anak yang duduk di pasar yang saling menyeruhkan bahwa Yohanes sepertri orang gila sedangkan Yesus itu pelahap.
Yesus mengakhiri perkataanNya dengan berkata: “Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya”. Hikmat menunjukkan tanda penebusan berlimpah dari Tuhan dan dikenal oleh semua anakNya khususnya mereka yang menerima warta pertobatan Yohanes dan khabar sukacita dari Yesus. Mereka yang terbuka hatinya kepada Tuhan dan ingin memperoleh hidup kekal.
Bacaan Injil pada hari ini menyadarkan kita bahwa hidup dan bekerja untuk orang lain itu memang tidak mudah. Selalu ada suka dan dukanya. Ada saat di mana pelayanan kita itu diapresiasi, tetapi ada saat di mana kita sendiri mengalami penolakan-penolakan tertentu. Semua akan menjadi indah pada waktunya ketika kita bersandar pada Tuhan. Yohanes Pembaptis setia selamanya sampai menjadi martir. Yesus juga menunjukkan hal yang sama sebagai martir di atas kayu Salib. Mari kita berani memberi diri kita seutuhnya kepada Tuhan. Janganlah kita diumpamakan seperti… karena kita adalah bagian dari Yesus sendiri.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami berterima kasih kepadaMu karena menyadarkan kami akan makna mempersembahkan diri kepada sesama. Bantulah kami untuk setia di dalam panggilan kami masing-masing. Jauhkanlah kami dari rasa putus asa dan tidak setia dalam melayani. Amen
PJSDB