Fresh Juice 20 Juni 2014 – Mat. 6:19-23 : Menentukan Pilihan

Play

Pembawa Renungan : RD Yosef Setiawan
Goa Maria Belinyu – Bangka

2Raj. 11:1-4,9-18,20;
Mzm. 132:11,12,13-14,17-18;
Mat. 6:19-23

MENENTUKAN PILIHAN

Kesibukan mempersiapkan perkawinan
Ketika saya mengadakan penyelidikan, saya bertanyakenapa kamu memilih dia menjadi pasanganmu? Kenapa kamu tertarik sama dia? Hampir semua jawabannya adalah karena dia baik. Tapi setelah ditanya lebih jauh, mereka mengaku bahwa awal ketertarikannya adalah dari mata. Dari mata turun ke hati. Jadi kriterianya adalah dari mata….teman saya sering berseloroh..sekarang yang dilihat itu matanya…mata pencahariannya hahaha..
Kriteria pasangan yang baik adalah takut akan Tuhan. Bagaimana kita bisa tahu bahwa dia orang yang takut akan Tuhan? Bisa saja keliatan rajin ke gereja tapi ternyata hatinya busuk. Ya lihatlah hidup kesehariannya,bukan hanya saat-saat tertentu saja. Apakah dia orangnya tulus atau malah sebaliknya ambisius? Apakah dia mendapatkan uang dengan bekerja keras dan jujur? Apakah penuh kasih, mampu mengendalikan emosi, tidak pernah menggunakan kekerasan?
Karena itu masa pacaran penting. Perlu waktu yang cukup untuk mengenal kepribadian calon pasangan, bukan hanya mendengar janji-janjinya. Perlu melihat pengalaman-pengalaman masa lalunya supaya tidak menyesal di kemudian hari.
Susah kalau sudah suka..kalau sudah cinta…kadang lupa melihat secara obyektif. Udah tau waktu pacaran suka memukul…kok ya tetap sayang? Udah tau suka mencuri, kok ya tetap sayang? Susah bagi saya mengajak calon pengantin ini melihat secara obyektif karena hanya mengandalkan perasaan. Matanya tidak lagi melihat secara jernih karena sudah terlanjur sayang… kadang-kadang mereka cerita.”dia baik sekali….suka memberi uang, jalan-jalan…. Habis ribut-ribut, dia kasih saya belanja sepuas-puasnya…orang tua saya juga dikasihnya rumah….gak enak atilah kalau menolak lamarannya…utang budi jadinya…” Setelah menikah tak taunya suka main pukul, tak taunya tertangkap KPK dan dijebloskan di penjara…. Ternyata selama ini semua yang diberikannya adalah hasil korupsi….nah lho…jadi jomblo lagi deh… Kalau yang dilihat adalah hartanya ya begitulah…di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada…
“Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu. Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.”
Pada bacaan pertama hari ini dari Kitab kedua Raja-Raja bab 11. Dikisahkan saat tahta kerajaan lowong ibu yang bernama Atalya membunuh seluruh keturunan raja….Untung saja sebelum pembunuhan, salah satu anak raja Ahazia bernama Yoas diambil dan disembunyikan sehingga selamat. Selama 6 tahun Atalya menjadi Ratu. Pada tahun ke 7 imam Yoyada dan para kepala pasukan mengangkat Yoas menjadi Raja dan Ratu Atalya mati dibunuh dengan pedang.
Begitulah hidup Atalya yang gila jabatan. Karena gelap mata, ia tega-teganya membunuh seluruh keturunan raja. Atalya menghalalkan segala cara. Baginya tidak penting hidup orang lain, yang penting ambisinya menjadi Ratu tercapai. Dari kisah itu kita bisa melihat: “Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu.”
Saudara-saudari,
Berkaitan dengan pilpres yang sebentar lagi terlaksana, saya mau mengutip dua alinea dari Surat Gembala KWI menyambut Pilpres.
Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja : menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.
Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, “Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75).
Demikianlah pesan para uskup kita. Semoga bangsa kita dilindungi oleh Allah senantiasa. Dan semoga kita sekalian diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa, Bapa, Putera dan Roh Kudus.