Fresh Juice 13 Agustus 2014 – Mat. 18:15-20. : Betapa perlunya doa bersama dalam komunitas

Play

Pembawa Renungan : Rm. John Laba, SDB
Jakarta

Hari Rabu, Pekan Biasa XIX
Yeh. 9:1-7; 10:18-22
Mzm. 113:1-2,3-4,5-6
Mat. 18:15-20.

Lectio:

Pada suatu hari Yesus berkata:”Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”

Demikianlah Injil Tuhan kita

Terpujilah Kristus

Betapa perlunya doa bersama dalam komunitas

Ada sebuah kebiasaan yang baik di dalam komunitas kami. Setiap tiga bulan kami mengadakan rekoleksi komunitas selama satu hari penuh untuk mengevaluasi kehidupan dan penghayatan nasihat-nasihat Injil, doa dan kehidupan bersama di dalam komunitas. Untuk itu kami membuat scrutinium yang isinya adalah evaluasi bersama menyangkut maju tidaknya kehidupan bersama kami di dalam komunitas. Misalnya dalam hubungan dengan doa, kami sekomunitas membuat scrutinium orationes. Di dalam scrutinium oratinones ini, setiap konfrater memeriksa batin, merefleksikan relasi pribadinya dengan Tuhan dalam kaitannya dengan doa pribadi dan doa komunitas. Setiap pribadi diharapkan merasakan keakrabannya dengan Tuhan dalam doa dan mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan dan sesama. Di dalam scurtinium orationes ini setiap konfrater juga dibantu untuk merasa bahwa doa adalah kebutuhan bukan hanya sekedar rutinitas.

Tentu saja dalam melakukan scrutinium orationes ini setiap konfater juga perlu merasa bahwa doa adalah mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Ini berarti di dalam situasi apa saja, entah ada gangguan atau tidak, setiap orang betul-betul merasakan kehadiran Tuhan. Hal ini sejalan dengan pengalaman ketiga murid inti yang menyaksikan Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung yang tinggi. Matius bersaksi: “Ketika mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali  Yesus seorang diri saja.” (Mat 17:8). Doa menjadi bermakna ketika setiap pribadi merasakan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hidupnya. Hanya Yesus seorang diri saja, tidak ada yang lain.

Perikop Injil pada hari ini dimulai dengan strategi untuk bertumbuh dalam komunitas dan merasakan kehadiran Allah. Strategi yang dimaksudkan adalah bagaimana setiap pribadi merasa sebagai orang yang berdosa bisa diteguhkan melalui koreksi persaudaraan dan kesabaran dari sesama di sekitarnya. Koreksi persaudaraan ditunjukkan dengan keberanian untuk “berbicara dengan” bukan “berbicara tentang” saudara yang berdosa. Inilah teguran empat mata bukan teguran banyak mata yang tersembunyi. Kalau saudara yang berdosa itu tidak mendengarnya maka perlu seorang atau dua orang untuk menyampaikannya. Kalau ia tetap tidak mau mendengar maka sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Kalau ia juga tidak mendengar jemaat maka pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah. Koreksi persaudaraan ini bukanlah hal yang mudah. Orang memang mudah memberi koreksi tetapi sulit untuk dikoreksi karena manusia memiliki kesombongan yang terselubung.

Koreksi persaudaraan di dalam komunitas bisa berhasil kalau orang bisa berdoa dan merasakan kehadiran Tuhan yang mengampuni tanpa batas. Dalam perikop kita, doa berhubungan dengan upaya memohon bantuan Tuhan untuk mengubah hati seorang sesama yang keras dan penuh dosa supaya bertobat di dalam komunitas. Doa bersama di dalam komunitas mempersatukan hati setiap saudara dan saudari karena Tuhan pasti hadir di dalam kebersamaan di dalam komunitas. Berkumpul dalam nama Yesus berarti berkumpul untuk sehati dan sejiwa menanti dan mengalami keselamatan di dalam Yesus.

Kekuatan doa komunitas sangat tergantung pada kehadiran Yesus Kristus yang mengikat dan mempersatukan setiap saudara yang berkumpul dalam namaNya, dalam pengakuan iman yang satu dan sama, yang menyatu dengan sabda dan pribadiNya. Hal ini kiranya sejalan dengan tradisi para rabbi yang tercermin dalam kalimat ini: “Di mana dua orang berkumpul bersama  maka ditengah-tengah mereka  ada shekinah (kehadiran Tuhan).” Di dalam dunia Perjanjian Lama, Tuhan berjalan di tengah-tengah umatNya. Ini juga terjadi dengan Yesus sebagai Imanuel yang berada di tengah umatNya.

Berkumpul dalam nama (eis to emon onoma) merupakan sebuah kesadaran kristiani di mana setiap orang yang dibaptis merasakan kehadiran Kristus dan memanggil namaNya dalam doa. Berkumpul bersama dalam namaNya merupakan kesempatan untuk melepaskan semua perbedaan dan bersaudara dalam nama Yesus Kristus. Sebuah komunitas yang berekonsiliasi dan berdoa merupakan tempat Tuhan hadir secara definitive dan mewahyukan diriNya sebagai Penyelamat dan Tuhan di dalam Yesus Kristus.

Sabda Tuhan hari ini sangat nyata di dalam hidup kita. Anda dan saya diundang oleh Tuhan Yesus untuk setia mengoreksi dan dikoreksi demi kebaikan dan kekudusan kita. Kemampuan mengoreksi dan dikoreksi berhasil dan bermanfaat kalau ada doa dan kesabaran. Doa menjadi kesempatan kita mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan dan merasakan kehadiranNya dalam hidup bersama. Bertekunlah dalam doa dan hidup bersama saudara-saudarimu.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk memiliki semangat doa bersama dan merasakah kehadiran dan kasihMu. Amen

PJSDB