Fresh Juice 7 Januari 2015 – Mrk. 6:34-44 : Berjalan Bersama Yesus
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 13:28 — 3.9MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta
Hari Rabu Penampakan Tuhan
1Yoh. 4:7-10; Mzm. 72:2,3-4ab,7-8; Mrk. 6:34-44.
Lectio:
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan anginpun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.
Demikianlah Injil Tuhan kita.
Terpujilah Kristus.
Renungan:
Berjalan bersama Yesus
Banyak di antara kita yang mengenal lirik lagu ini: “Jalan serta Yesus, jalan sertaNya setiap hari, Jalan serta Yesus, serta Yesus selamanya. Jalan dalam suka, jalan dalam duka, Jalan sertaNya setiap hari, Jalan serta Yesus, serta Yesus selamanya.”
Setelah Tuhan Yesus membuat mukjizat menggandakan lima potong roti dan dua ekor ikan untuk mengenyangkan lima ribu orang laki-laki maka Ia memerintahkan para muridNya untuk naik ke atas perahu dan berlayar sendirian seberang danau, ke Betsaida dengan jarak 4 miles atau sekitar 7.5 km dari Tabgha, tempat mukjizat penggandaan roti itu terjadi. Perlu kita ketahui juga bahwa ukuran danau Galilea adalah panjangnya 21 km dan lebarnya 11km. Meskipun kelihatan kecil tetapi ketika ada angin sakal dari arah dataran tinggi Golan atau dari arah Magdala maka air di danau juga seakan berkecamuk sebagaimana dialami para murid Yesus malam itu.
Penginjil Markus mengisahkan bahwa setelah mukjizat penggadaan roti dan ikan, Yesus menggunakan kesempatan untuk berdoa seorang diri. Ini menjadi kesempatan bagiNya untuk bersyukur kepada Bapa. Para murid diperintahkan untuk melakukan perjalanan tanpa pendampinganNya. Ini berarti Yesus yakin bahwa para muridNya bisa berjalan sendiri. Tetapi dalam perjalanan malam itu, mereka berhadapan dengan angin sakal yang menakutkan. Yesus melihatnya dari jauh dan tentu akan melakukan yang terbaik bagi mereka. Pada malam itu juga Yesus berjalan di atas air dan hendak melewati mereka. Ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk menguji iman mereka. Ternyata para muridNya berteriak ketakutan karena di samping angin sakal yang mencekam, Yesus juga berjalan di atas air di malam yang gelap sehingga mereka mengira Dia itu hantu. Ia menenangkan hati mereka dengan berkata: “Tenanglah! Aku ini jangan takut!” (Mrk 6:50). Ia naik ke dalam perahu, angin menjadi redah. Para murid sangat tercengang dan bingung.
Nah, apa buah-buah rohani bagi kita semua setelah membaca dan mendengar perikop Injil ini?
Pertama, Yesus pergi ke bukit untuk berdoa. Yesus selalu menggunakan kesempatan untuk mengarahkan hati dan pikiranNya kepada Bapa di Surga. Ia tidak berbangga karena telah melakukan mukjizat yang mencengangkan banyak orang tetapi dengan rendah hati Ia kembali kepada Bapa untuk bersyukur dan bersatu dalam dialog penuh kasih. Jadi hal terpenting yang sangat menyukakan hati Yesus bukan pada cemerlangnya mukjizat yang sudah terjadi sebagai bagian dari perutusanNya melainkan persekutuanNya yang akrab dengan Bapa di Surga. Yesus masih punya waktu untuk berdoa dan bersyukur setelah bekerja. Sikap Yesus ini berbeda dengan banyak di antara kita yang membenarkan diri dengan mengatasnamai pelayanan supaya tidak ikut berdoa dan mengucap syukur. Misalnya, ada yang berpikir bahwa mereka sudah menyiapkan Gereja dengan hiasan yang bagus menjelang Natal, merasa lelah dan tidak mengikuti Ekaristi malam Natal dan hari raya Natal. Kapan kita bisa bertumbuh dalam iman? Doa membantu kita untuk setia memberi diri dalam pelayanan, bersatu dengan Tuhan dan mampu mengasihi Tuhan dan sesama.
Kedua, Yesus melihat para muridNya dalam kesulitan karena angin sakal. Para murid memang sedang mengalami kesulitan menerjang badai dan angin sakal. Mereka sendirian, mengandalkan diri dan lupa bahwa Yesus tidak berada bersama mereka. Ini menjadi kesempatan untuk belajar. Air danau itu simbol kehidupan kita setiap hari. Gelombang dan arus air melambangkan hal-hal yang tidak pasti di dalam hidup, cobaan, penderitaan yang sering kita alami dalam hidup ini. Tuhan Yesus juga menggunakan kesempatan untuk menguji kesetiaan kita melalui pengalaman-pengalaman ini. Angin sakal kehidupan tidak akan membinasakan kita karena ada Tuhan Yesus Kristus. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat bagi kita semua,asal kita sungguh percaya kepadaNya. Apakah kita juga masih sempat melihat sesama yang sedang bergumul dalam hidup? Apa yang bisa kita lakukan? Apakah kita hanya sekedar tahu, atau beremphaty dengan mereka seperti Yesus dengan para muridNya?
Ketiga, Yesus berkata: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Ketika kita berjalan bersama Kristus maka arus dan gelombang kehidupan bisa lenyap. Berdoalah supaya kita bisa memiliki dasar pijakan yang kuat. St. Paulus mengatakan bahwa tidak ada satu apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Tuhan kita.(Rm 8: 39). Mari kita selalu berjalan bersama Kristus.
Terinspirasi dari bacaan Injil maka sesolusi yang bisa kita buat sepanjang hari ini adalah masing-masing kita dipanggil Tuhan untuk berkomitmen pada tugas-tugas pelayanan kita sebagai jalan untuk mencapai kekudusan, mengikuti kehendak Allah dan melayani sesama dengan sukacita.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau selalu setia mendampingi perjalanan hidup kami. Semoga kami mampu mengarungi bahtera hidup ini bersamaMu. Semoga kami juga tidak takut dengan angin sakal kehidupan karena Engkau melihat dan menolong kami. Amen.
PJSDB