Fresh Juice Rabu 4 November 2015 Luk. 14:25-33 : MKS – Murid Kristus Sejati
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 12:54 — 3.7MB)
Pembawa Renungan : Rm John Laba, SDB
Jakarta
Luk. 14:25-33
Lectio:
Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus
Renungan:
MKS: Murid Kristus Sejati
Pada suatu siang saya mengunjungi sebuah Gereja untuk berdoa sejenak. Setelah selesai berdoa, saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sebentar sambil membaca pengumuman-pengumuman Gereja. Isinya kebanyakan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan untuk membangun iman umat di paroki setempat. Mata saya berhenti sejenak pada sebuah pengumuman tentang “retret pemuridan” yang diadakan oleh sebuah kelompok kategorial di paroki itu, dengan tema: “Menjadi murid sejati, siapa takut?” Setelah mengunjungi gereja itu, pikiran saya kembali kepada tema retret di gereja tadi: “Menjadi murid Kristus, siapa takut?”
Bagi saya, tema retret ini memang kelihatan sederhana tetapi maknanya sangat mendalam, sekaligus menantang kita yang sedang dalam proses untuk menata dan membangun iman kita sebagai pengikut Kristus. Kalau saya ditanya tentang apa yang saya pikirkan dengan tema retret ini, saya dengan jujur akan mengatakan saya masih merasa takut untuk menjadi murid Kristus sejati. Mungkin ada yang bertanya mengapa pastor John merasa takut untuk menjadi murid Kristus sejati? Menjadi murid Kristus sejati itu bukan hanya sekedar sebuah kebanggaan karena pernah menerima sakramen pembaptisan dan sakramen-sakramen lainnya di dalam Gereja Katolik. Menjadi murid Kristus sejati berarti mengikuti Kristus dari dekat, menyatu dengan hidup-Nya setiap saat. Murid Kristus sejati itu tinggal di dalam Kristus, menjadi serupa dengan-Nya. Maka saya sendiri merasa bahwa saya belum cukup menjadi murid sejati! Saya masih membutuhkan Tuhan Yesus untuk menuntun saya supaya sungguh-sungguh mencapai tingkat murid sejati, asli bukan hanya sekedar menjadi murid saja.
Tuhan Yesus dalam perikop Injil hari ini, memberi syarat-syarat bagi kita untuk menjadi murid sejati. Apa saja karakter seorang murid sejati?
Pertama, Murid sejati itu memiliki kemampuan untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan. Dengan demikian ia memiliki skala prioritas yaitu bahwa kasih kepada Tuhan adalah segalanya, karena Dia sudah lebih dahulu mengasihi kita. Kemampuan mengasihi Tuhan ini akan membuat kita mengutamakan Tuhan melebihi orang-orang di sekitar kita. Apakah anda mengasihi Tuhan?
Kedua, Murid sejati itu mampu memikul salib kehidupannya. Salib adalah segala pengalaman hidup kita yang keras, ada nilai penderitaan dan pengurbanan yang tinggi, supaya membuat orang lain bisa berbahagia di dalam hidupnya. Salib Yesus adalah penderitaan-Nya untuk keselamatan kita. Kalau begitu, salib kita secara pribadi adalah keselamatan bagi sesama. Jadi apa yang Tuhan Yesus pernah lakukan, kita juga melakukan hal yang sama. Apakah anda berani menerima dan memikul salibmu saat ini juga?
Ketiga, Murid sejati itu memiliki strategi dan perencanaan hidup yang matang. Diumpamakan dengan orang yang membangun menara harus memiliki perencanaan yang matang, atau serupa dengan raja yang siap berperang maka ia harus mempertimbangkan kekuatannya. Pertanyaan acuannya adalah: apakah ia mampu menghadapi para musuhnya. Nah, apakah anda juga memiliki strategi dan perencanaan yang baik dalam hidup pribadimu? Untuk apa anda mau hidup di dunia ini?
Keempat, Murid sejati itu memiliki kemampuan untuk memiliki sikap lepas bebas. Sikap lepas bebas itu sebuah sikap batin di mana si pribadi itu dengan penuh kebebasan melepaskan dirinya dari segala yang dimilikinya dan mengutamakan Tuhan Yesus di dalam hidupnya. Apakah anda berani melepaskan dirimu dari belenggu harta kekayaan, yang dapat menghalangimu untuk berjumpa dengan Tuhan?
Mari kita belajar menjadi Murid Kristus Sejati dari St. Carolus Boromeus. Di usianya yang masih muda, ia sudah ditentukan Tuhan untuk menjadi abdi-Nya. Usahanya besar dalam menangkal pengaruh-pengaruh gereja protestan bagi jemaat gereja Katolik. Ia juga banyak berdoa dan bermatiraga keras. Sikap lepas bebas juga dimilikinya dengan membagi semua kekayaannya kepada kaum miskin. Carolus Boromeus adalah seorang Murid Kristus Sejati (MKS) dan melayan Tuhan sebagai gembala hingga akhir hayatnya.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami memohon berkat-Mu sepanjang hari ini untuk bertumbuh sebagai murid-Mu yang sejati. Jauhkanlah kami dari sikap egois yang dapat menghalangi kami untuk berbagi dengan sesama. Amen.
PJSDB