Fresh Juice 2 September 2020 – Luk. 4:38-44 : Mewartakan Injil di Era Pandemi

Play

Pembawa Renungan : RP. John Laba, SDB
Tangerang

Luk. 4:38-44.





Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXII/A
1Kor 3:1-9
Mzm 33:12-13.14-15. 20-21
Luk 4:38-44

Lectio:
Setelah meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.  Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Dan Ia mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.
Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus
Renungan:

Mewartakan Injil di Era Pandemi

Kita berada di hari kedua dalam bulan September, bulan yang dikenal dengan nama Bulan Kitab Suci Nasional. Adapun tema Bulan Kitab Suci Nasional pada tahun 2020, yang ditawarkan oleh Lembaga Biblika Indonesia (LBI) adalah “Mewartakan Kabar Gembira dalam Krisis Iman dan Identitas.” Saya merasa bahwa tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini memang sangatlah aktual dan sesuai dengan situasi kita yang nyata saat ini. Kita sebagai Gereja memiliki tugas untuk mewartakan Injil sebagaimana diteladani sendiri oleh Tuhan Yesus Kristus, yang dalam bacaan Injil hari ini mengatakan: “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Namun demikian keteladanan Yesus ini benar-benar menantang kita karena kita sedang berada dalam masa pandemi covid-19 sehingga benar-benar menimbulkan krisis iman dan identitas. Kita tidak dapat menutup mata untuk mengakui bahwa pada saat ini memang banyak orang Kristiani yang sedang mengalami krisis iman dan identitas sehingga sangatlah sulit untuk mewartakan Kabar Gembira atau Injil. Mungkin saja anda adalah salah seorang yang tidak sedang mengalami krisis iman dan identitas, namun sekurang-kurangnya anda harus siap untuk menolong sesama yang sedang mengalami krisis iman dan identitas.
Pandemi covid-19 semakin hari semakin mengancam nyawa manusia. Tidak hanya kematian yang menakutkan namun sangat berdampak pada berbagai aspek kehidupan kita. Aspek ekonomi di mana situasi resesi sedang berada di depan pintu, gejolak sosial dan politik identitas yang datang silih berganti dalam masyarakat. Semua ini ikut membawa krisis iman dan identitas kita sebagai pengikut Kristus sehingga menimbulkan kesulitan dalam mewartakan Injil. Namun demikian saya teringat pada St. Paulus yang dapat memotivasi kita selama masa pandemi covid-19 ini: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Sebab itu masa pandemi covid-19 ini sebenarnya bukan menjadi penghalang bagi kita semua sebagai Gereja untuk tetap mewartakan Injil melalui kehidupan dan perbuatan-perbuatan yang nyata. Banyak aksi karitatif yang dilakukan untuk menolong sesama yang sangat membutuhkan lintas suku, agama, ras dan antar golongan. Dalam situasi seperti ini, semua orang dapatlah menjadi saudara sebab memiliki satu musuh yang sama sehingga dapat memeranginya secara bersama-sama. Maka sesibuk apapun, kita harus tetap fokus.

Pada hari ini St. Lukas melukiskan sosok kehidupan Yesus yang sangat sibuk dalam karya pelayanan-Nya namun tetap fokus dalam mewartakan Injil. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus meninggalkan rumah ibadah di Kapernaum menuju ke rumah Simon. Rumah Simon anak Yohanes ini menjadi markas besar bagi Yesus dan para murid-Nya. Pada saat bersamaan diketahui bahwa ibu mertua Simon sakit demam keras sehingga mereka meminta Yesus untuk menolongnya. Tuhan Yesus berdiri di sampingnya, menghardik demam dan saat itu demam meninggalkan ibu itu. Ibu mertua Simon menunjukkan syukurnya dengan melayani Yesus dan para murid-Nya. Hal yang menarik perhatian kita adalah Yesus mewartakan Injil dengan perbuatan baik. Dia melihat keluhuran hidup manusia, maka Dia menghardik demam sehingga demam itu pergi. Sesibuk apapun Yesus, Ia tetap fokus sehingga dapat menyembuhkan mertua Simon. Yesus menghardik penyakit bukan menghardik manusia. Yesus memang beda dengan kita yang lebih suka menghardik manusia dari pada sakit dan kelemahannya.
Selanjutnya, pada sore harinya Yesus semakin sibuk. Penginjil Lukas melaporkan bahwa semua orang membawa kerabatnya yang sakit supaya Yesus meletakkan tangan atas mereka sehingga memperoleh kesembuhan. Setan-setan yang merasuki orang-orang saat itu juga ketakutan sehingga mereka berteriak-teriak, “Engkau adalah Anak Allah.” Tuhan Yesus tetap menunjukkan jati diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang memiliki kuasa dan wibawa sehingga melarang mereka untuk tidak berbicara. Yesus semakin dikenal sehingga semua orang mencari Dia. Dalam suasana yang sibuk ini, dan banyak tawaran kepada-Nya untuk tinggal bertahan bersama mereka, namun Tuhan Yesus tetap fokus pada tugas perutusan-Nya untuk mewartakan Injil. Ia berkata: “Juga di kota-kota lain Aku harus mewartakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” Yesus tetap fokus mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea.

Pada hari ini Tuhan Yesus menunjukkan sebuah contoh yang terbaik kepada kita supaya tetap konsisten mewartakan Injil di Era Pandemi. Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ada, dengan tetap menggunakan masker dan memperhatikan social distancing, kita dapat mewartakan Injil dengan melakukan tindakan karitatif, misalnya menolong orang-orang yang sangat membutuhkan sembako dan aneka pangan, membantu air bersih, mengajarkan pola hidup sehat dan perlindungan diri terhadap bahaya covid-19, memberi motivasi supaya bertahan hidup. Dalam hal rohani kita dapat mewartakan Injil dengan doa dan devosi untuk memohon kesembuhan para pasien, dan para dokter yang merawat mereka. Semua tindakan karitatif ini merupakan sebuah bentuk pewartaan Injil di tengah krisis iman dan krisis identitas kekatolikan kita saat ini. Pewartaan Injil melalui tindakan karitatif ini dilakukan untuk semua orang tanpa memandang siapakah orang yang hendak dibantu. Tugas kita saat ini adalah membawa sukacita Injil bagi sesama terutama mereka yang sangat membutuhkan.

Doa:Tuhan Yesus Kristus, di era pandemi covid-19 ini, bantulah kami agar tetap setia mewartakan Injil dalam masa krisisi iman dan identitas kekatolikan kami. Semoga karya karitatif sebagai wujud nyata pewartaan Injil saat ini mampu menunjukkan wajah-Mu yang penuh belas kasih kepada sesama kami. Amen.

P. John Laba, SDB