Fresh Juice 4 Desember 2019 – Mat. 15:29-37 : Masih ada harapan untuk hidup

Play

Pembawa Renungan : RP. John Laba, SDB
Timor Leste

Mat. 15:29-37.

Lectio
Pada suatu ketika Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.
Demikianlah Injil Tuhan kita

Terpujilah Kristus


Masih ada harapan untuk hidup

Adalah Dale Carnegie (1888-1955). Beliau dikenal kalangan umum sebagai seorang Penulis berkebangsaan Amerika Serikat. Beliau pernah berkata: “Segala sesuatu yang luar biasa di dunia ini diciptakan oleh orang-orang yang tak pernah berhenti mencoba bahkan disaat kelihatannya tak ada harapan lagi.” Perkataan Carnegie ini mengisyarakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Ia akan coba melakukakan apa saja yang dapat dilakukannya untuk kehidupannya, bahkan di saat yang ekstrim sekalipun. Singkatnya, manusia akan senantiasa berjuang untuk bertahan hidup karena ia masih memiliki harapan. Saya mengingat Pastor dan Aktivis HAM Amerika Serikat bernama Martin Luther King yang berkata: “Kalau anda kehilangan harapan, anda akan kehilangan bahan bakar dalam hidup. Selalu jaga harapan anda.” Memang, harapan selalu membuka jalan optimis bagi setiap pribadi untuk suatu kebaikan.
Kita berada di pekan Adven Pertama. Pekan Adven pertama ini dikenal sebagai pekan para nabi yang memberi harapan akan keselamatan yang Tuhan anugerahkan bagi setiap pribadi. Sebab itu pekan Adven pertama ini disebut juga sebagai pekan harapan. Apa yang menjadi harapan kita di hadapan Tuhan dan sesama? Tentu saja kita memiliki harapan untuk hal yang baik-baik saja. Tidak pernah ada orang yang mengharapkan sesuatu yang tidak baik, apalagi harapan itu ditujukan kepada Tuhan. Kita berdoa dan berharap supaya Tuhan memberi yang terbaik: Misalnya, bagi setiap orang supaya Tuhan selalu memberi berkat melimpah. Bagi orang-orang sakit dan yang kehilangan harapan supaya Tuhan menjamah dan menyembuhkan mereka. Bagi yang lapar dan haus, yang tak memiliki pakaian, orang asing dan imigran, orang sakit, orang-orang yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan supaya mendapat perhatian dan pelayanan khusus. Bahkan orang yang meninggal pun perlu dikuburkan. Semua ini adalah pekerjaan-pekerjaan belas Kasih Allah yang harus kita lakukan sebagai Gereja. Ini adalah pekerjaan Kristus yang wajib kita lakukan di dalam Gereja dan masyarakat kita. 
Bacaan Injil yang barusan kita dengar bersama hari ini meningatkan kita akan harapan-harapan manusia masa kini yakni harapan untuk menjadi sembuh dari sakit penyakit dan harapan untuk sejahtera secara jasmani dan rohani. Mari kita mendalami kedua harapan ini:
Pertama, harapan akan kesembuhan. Tuhan Yesus sedang berada di sekitar danau Galilea, tepatnya di atas bukit yang berhadapan langsung dengan danau Galilea. Banyak orang berbondong-bondong datang kepada-Nya sambil membawa orang-orang sakit supaya memohon kesembuhan dari pada-Nya. Mereka yang sakit adalah orang-orang lumpuh, timpang, buta, bisu dan yang lainnya. Mereka semua memiliki harapan pasti bahwa Yesus akan menyembukan mereka semua. Yesus bukanlah sosok php (pemberi harapan palsu). Ia justru memenuhi harapan mereka dengan menyembuhkan semuanya. Hal yang nyata terjadi adalah orang-orang banyak itu disembuhkan dan rasa takjub dari banyak orang yang menyaksikan mukjizat ini. Nama Tuhan Allah Israel sungguh-sungguh dimuliakan.
Kedua, harapan untuk mengalami kepuasan. Paus Fransiskus dalam Misericordiae Vultus mengatakan bahwa Tuhan Yesus menunjukkan wajah Allah yang berbelas Kasih (MV,1). Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus  menunjukkan wajah kerahiman Allah dengan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” (Mat 15:32). Kerahiman Allah ditunjukkan dalam Ekaristi-Nya di mana Ia memperbanyak tujuh buah roti dan beberapa ikan kecil. Para murid diajarkan Yesus untuk berbagi kerahiman Allah melalui roti dan ikan. Semuanya kenyang dan masih ada sisa tujuh bakul penuh. 
Dari Tuhan Yesus dalam Injil kita belajar untuk memberi harapan akan kesembuhan kepada semua orang. Di sekitar kita masih ada banyak orang yang sakit secara jasmani dan Rohani. Mari kita  mendoakan, melakukan perbuatan amal kasih, supaya mereka sembuh dan memuliakan Allah. Singkatnya masa adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk berdoa dan beramal. Kita juga memberi harapan untuk berbagi dengan sesama yang berkekurangan. Masih banyak orang yang lapar dan haus di sekitar kita. Perubahan iklim saat ini membuat kemarau panjang dan jumlah orang-orang lapar dan haus semakin bertambah. Di saat seperti ini kita belajar untuk berbagi.  Yesus mengajar para murid untuk berbagi dengan mereka yang sedang mengalami kelaparan tiga hari. Masa adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk berbagi. Berbagi adalah sebuah cara kita bersyukur dalam hidup kita. Semua yang kita miliki adalah milik Tuhan, kita berbagi supaya sama-sama merasakan kasih dan kebaikan Tuhan.
Doa: Tuhan, bantulah kami supaya selalu memiliki harapan dan keyakinan untuk memperoleh kesembuhan dari pada-Mu. Semoga kami juga mampu berbagi dengan sesama yang sangat membutuhkan. Amen.

PJ-SDB