Pria Katolik Hari #3 – Spiritualitas Kerja

Play

Pada suatu kesempatan saya berjumpa dan berbincang-bincang dengan sekelompok anak muda. Mereka barusan pulang berkerja dari tempat kerja masing-masing dan masih lelah. Rasanya mereka butuh teman untuk curhat maka saya berusaha untuk duduk dan mendengar kisah mereka salama seharian bekerja. Ada di antara mereka yang merasa sangat senang dan menikmati pekerjaan mereka, ada juga yang merasa kecewa karena pekerjaan mereka belum mencapai hasil maksimal. Setelah mendengar semuanya, saya menyadari bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda di dunia kerja. Tetapi ada sesuatu yang tersembunyi di dalam pengalaman mereka dan sifatnya umum yakni semangat untuk bekerja. Sekarang coba anda pikirkan: banyak kali kita hanya terpaku pada hasil yang ingin diperoleh dari pekerjaan pada hari itu dan lupa bahwa hal terpenting adalah bahwa kita masih memiliki potensi dan semangat untuk bekerja. Ketika kita gagal hari ini, kita masih punya kesempatan untuk berhasil, keluar dari belenggu kegagalan.

Mengapa kita perlu bekerja? Ada banyak orang yang bekerja tetapi tidak memahami makna dari bekerja itu sendiri. Saya menyorotinya dari segi rohaninya saja. Ada dua nilai rohani dari bekerja. Pertama, ketika bekerja kita mau terlibat di dalam diri Allah Tritunggal yang mencipta tanpa henti. Para rekan pria katolik pasti mengetahui kisah penciptaan di dalam awal Kitab Kejadian. Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu, sempurna dan baik adanya. Maka ketika kita bekerja, kita juga ikut serta atau bekerja sama dengan Tuhan Allah yang menciptakan segala sesuatu, sempurna dan baik adanya. Kedua, Kita bekerja untuk mewujudkan diri kita sebagai manusia yang sempurna.  Pernahkah anda menyadari bahwa hanya manusia saja yang dapat bekerja? Dengan bekerja manusia mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia. Mengapa? Karena manusia memilik akal budi dan kehendak bebas yang membuatnya sadar untuk bekerja. Dia juga ingin menikmati hasil kerjanya.

Dengan memahami nilai rohani bekerja maka mari kita memeriksa bathin kita sebagai pekerja. Tuhan sudah memberi semua talenta, waktu dana kesempatan. Tuhan sudah mempercayakan segala sesuatu di dalam diri kita. Maka tugas kita adalah mengaktualisasikan diri dalam bekerja. Jangan pernah meragukan kemampuanmu sendiri. Bukankah Tuhan yang memulai dan menggenapi semuanya di dalam dirimu? Mengapa anda kurang percaya diri dalam bekerja?

Ada seorang pemuda, fresh graduated dalam bidang finance. Ia diterima untuk bekerja di sebuah perusahan finance. Pada hari-hari pertama ia bekerja di tempat itu, ia merasa sangat sulit. Ia merasa berada di bawah tekanan para seniornya. Para senior memiliki banyak pengalaman, sedangkan ia masih harus mentransfer pengetahuannnya dari aneka diktat kuliah yang pernah ia miliki. Banyak kali ia membuat kesalahan sehingga kata kunci “bego banget lu” keluar dari seniornya. Tetapi ia masih memiliki modal yaitu rendah hati dan mau belajar dari pengalaman para seniornya. Ia semakin kaya dan matang dalam pengetahuan sehingga dia akhirnya lebih trampil dan maju dari para seniornya. Para seniornya puas dengan pengalaman dan lupa untuk belajar hal-hal yang sifatnya inovatif. Ia pun mendapat kepercayaan dari pimpinan untuk tugas baru yang beranggotakan para seniornya. Dia bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan baik baginya. Ia yang tadinya dibimbing, sekarang menjadi pembimbing.

Para rekan pria katolik. Hari ini kita coba memandang Yesus Tuhan kita dan belajar spiritualitasNya.Yesus dikenal sebagai pribadi yang selalu berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis dan Allah menyertai Dia (Kis 10:38). Ia dan para murid bekerja tak kenal lelah sampai makan pun mereka tidak sempat (Mrk 6:31). Mengapa Yesus bekerja tanpa henti? Karena Bapa juga bekerja tanpa henti: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17). Pengalaman-pengalaman Yesus, sang Guru dan sahabat kita sangat inspiratif dan patut kita ikuti.

Belajar dari Yesus sebagai figur seorang pekerja sejati mari kita membenahi diri kita di tempat kerja masing-masing. Tentu saja “seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Mat 10:10), namun kadang-kadang kita lupa diri. Banyak kali kita sebagai pekerja menuntut upah tinggi sesuai UMR yang menjadi hak kita. Ini hal yang bagus. Namun demikian kita juga lupa dengan segala kekurangan yang kita lakukan dengan sadar di tempat kita bekerja. Banyak di antara kita yang menyalahgunakan kebaikan pimpinan perusahan sehingga berlaku tidak jujur. Banyak juga yang menggunakan waktu kerja untuk bermain hp, mengaktifkan jejaring social, sengaja terlambat atau pulang sebelum waktunya. Masih banyak kekurangan yang berlawanan dengan spiritualitas kerja pria katolik. Pandanglah Yesus dan temukanlah motiavasi kerjamu sebagai seorang pria katolik.

Saya akhiri permenungan kita tentang spiritualitas kerja ini dengan mengutip Bunda Thresia dari Kalkuta: “Hanya sedikit di antara kita yang melakukan hal-hal besar, tetapi semua orang di antara kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar.” Tuhan memberkati dan selamat berkarya.

PJSDB