Fresh Juice 11 Desember 2013- Mat. 11:28-30 : Belajarlah padaKu

Play

Pembawa Renungan : Rm John Laba SDB

Yes. 40:25-31;
Mzm. 103:1-2,3-4,8,10;
Mat. 11:28-30

Hari Rabu, Pekan Adventus II

Bacaan:

Pada suatu ketika, Yesus berkata kepada para muridNya: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Belajarlah padaKu

Orang-orang Yahudi hingga saat ini masih mengenal 613 mitsvot atau perintah (mitzvah). Semua perintah ini memang mendarah daging dalam diri mereka karena terdapat 248 mitsvot ‘aseh (perintah) dan 365 mitsvot lo ‘aseh (larangan). Angka 248 adalah jumlah yang sesuai dengan anggota tubuh manusia dan 365 adalah jumlah hari dalam satu tahun. Jadi bisa dibayangkan setiap anggota tubuh ada satu perintahnya, dan setiap hari ada satu larangan. Semua ini harus dilakukan oleh orang Yahudi. Tentu saja peraturan yang keras dan kaku seperti ini tidak berdampak positif bagi orang yang melakukannya.

Negara Israel saat ini berbeda dengan Israel jaman dulu yang berbentuk teokrasi. Maka orang Israel modern menghitungnya dengan cara lain: sekarang hanya ada 77 mitsvot positif dan 194 mitsvot negative. Semua ini menyangkut peraturan hidup setiap hari dari bangun tidur sampai tidur: Misalnya tentang apa yang boleh atau tidak boleh di makan dan minum, pakaian mana yang boleh atau tidak boleh dipakai, bagaimana mengatur urusan atau bisnis setiap hari, tentang pernikahan, hari-hari raya agama Yahudi termasuk hari Sabat, tata peribadatan di dalam Sinagoga, bagaimana hidup bersama orang-orang bukan Yahudi dan bagaimana bersikap terhadap hewan-hewan.

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat dikenal di dalam Injil sebagai orang-orang yang berpegang teguh terhadap peraturan dan larangan. Yesus bahkan mengatakan bahwa mereka itu sudah menduduki kursi Musa. Oleh karena itu kepada para muridNya Ia berkata: “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya” (Mat 23:2-3). Dengan memandang situasi ini, Yesus membaharui segala sesuatu dengan caranya sendiri sebagai Putra Allah. Yesus menghendaki agar hukum Taurat dihayati dalam konteks keadilan dan kasih bukan hanya sekedar peraturan yang kaku dan menyusahkan hidup manusia.

Terhadap situasi ini Yesus mengajak para murid untuk datang kepadaNya terutama karena mereka letih lesu dan berbeban berat dengan peraturan dan larangan yang kaku. Yesus akan melegakan mereka dengan kasihNya. Jadi semua pengajaran Yesus benar-benar membantu orang untuk memiliki kemerdekaan lahir dan bathin, suka cita dan hidup kekal. Itu sebabnya Ia mengatakan pikulah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu. Kita belajar dari hidup dan pengajaran Yesus tentang bagaimana mengasihi Tuhan dan sesama. Untuk dapat mengasihi juga bukan semata-mata usaha manusia tetapi Tuhan juga yang menganugerahkannya sebagai rahmat untuk mampu mengasihi. Yesus mengajak kita untuk belajar dari hidupNya yang lemah lembut dan rendah hati (praus kai tepeinos) (Sir 51:23-27; Mat 5:5). Yesus lemah lembut karena dalam peristiwa inkarnasi Ia menjadi manusia dan ketika menyelamatkan manusia Ia mengambil rupa sebagai seorang hamba yang menderita. Yesus rendah hati karena mentaati kehendak Bapa di Surga. Kita belajar dari Yesus untuk menjadi lemah lembut dan rendah hati menyerupai Dia.

Perkataan Yesus ini memang sederhana, meminta kita untuk belajar daripadaNya dalam hal kelembutan hati dan kerendahan hati. Dua kebajikan ini sangat luhur dan selalu hadir dalam kehidupan kita. Apakah di dalam keluarga masing-masing anda memiliki hati yang lembut? Apakah anda juga rendah hati di hadapan sesama anggota keluarga? Belajarlah pada Yesus yang tidak hanya mengajar tetapi memberi contoh dengan hidupnya sendiri.

Saya mengakhiri renungan ini dengan sebuah kutipan dari syair lagu karya Padre Zezinho. Ia menggubah sebuah lagu berjudul: “Um dia uma criança me parou”. Ada lirik-lirik lagu yang sangat inspiratif: “Amar como Jesus amou, Sonhar como Jesus sonhou, pensar como Jesus pensou, viver com Jesus viveu. Sentir o que Jesus sentia, sorrir como Jesus sorria e ao chegar o fim do dia, eu sei que eu dormiria muito mais feliz” (Mengasihi seperti Yesus mengasihi; bermimpi seperti Yesus bermimpi; Berpikir seperti Yesus berpikir, hidup seperti Yesus hidup, Mendengar seperti Yesus sendiri mendengar; tersenyum seperti Yesus tersenyum. Dengan demikian pada malam sebelum tidur saya merasa bahagia).

Doa: Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, jadikanlah hatiku seperti hatiMu

PJSDB