Pria Katolik Hari #25 – Mengucapkan Terima Kasih
Podcast: Play in new window | Download (Duration: 10:57 — 6.3MB)
Ketika melakukan suatu perjalanan saya coba mengamati perilaku beberapa pria yang sudah berkeluarga. Mereka duduk bersama di sebuah meja dan mendiskusikan banyak hal. Saya mendengar seorang bapa yang mengatakan rasa herannya karena anaknya belakangan ini mulai lupa mengucapkan kata terima kasih setiap kali menerima pemberian tertentu darinya.Seorang bapa yang lain kedengaran lebih kritis mengatakan kepadanya bahwa mungkin sejak kecil anaknya tidak dilatih untuk mengucapkan terima kasih. Bapa itu menjawabnya bahwa kata terima kasih itu diajarkan dan dilatih sejak masih kecil. Hanya beberapa tahun terakhir ini mengucapkan kata terima kasih nyaris hilang sama sekali.
Saya merenungkan diskusi para bapa yang prihatin terhadap pendidikan nilai yang mesti ditanamkan kepada anak-anak sejak masih usia dini ini. Banyak orang orang tua yang sudah mulai lupa untuk mengajarkannya, mungkin karena kesibukan dalam bekerja atau lupa dan berharap agar di lembaga-lembaga pendidikan formal bisa mengajarkannya. Mungkin juga orang tua merasa bahwa mengucapkan terima kasih itu nantinya bisa mengalir dengan sendirinya di dalam hidup anaknya.
Saya juga membayangkan bahwa sebenarnya di dalam dunia kerja, mereka memiliki disiplin khusus untuk memberi ucapan terima kasih. Ketika seorang karyawan melakukan pekerjaan tertentu dan berhasil maka ia patut mendapat apresiasi tertentu dari sesama yang lain sekurang-kurangnya dengan mengucapkan terima kasih dan selamat kepadanya. Pribadi tersebut tentu merasa dihargai, diakui dan dihormati. Ia akan memiliki motivasi baru yang lebih besar lagi untuk bekerja. Memang mengucapkan terima kasih itu kata yang sederhana tetapi memiliki power yang luar biasa dan dapat membuat pribadi tertentu sukses di dalam hidupnya.
Seorang sahabat saya mengatakan rasa bahagia di tempat kerjanya bukan karena gajinya besar atau karirnya menanjak. Ia ternyata merasa dihargai dan diakui keberadaannya dan semua yang ia lakukan. Pengalamannya sangat sederhana. Misalnya setelah mengerjakan sesuatu ia selalu mendapat tulisan kecil dari bossnya “Pekerjaanmu rapi, thank you bro”. Kata-kata sederhana ini memiliki power yang mengubah motivasi kerjanya. Ia senang dan mencintai pekerjaannya.
Nah, marilah kita memandang Yesus, sang Maestro. Yesus adalah pria sejati yang melakukan karya-karya yang agung. Banyak orang terpesona kepadaNya tetapi juga kepada ibuNya. Seorang wanita pernah berkata di tengah orang bayak rasa syukur dan terima kasihNya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk 11:27). Ia juga selalu mencari kesempatan untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Bapa di Surga melalui saat-saat istimewa untuk berdoa. Ada kalanya semalam-malaman ia berdoa dan bersyukur. Ketika para murid yang diutusNya kembali, mereka menceritakan banyak hal dengan kuasa nama Yesus. Setelah mendengar sharing dari para rasulNya, Yesus berkata: “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang-orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Mat 11:25). Ia memandang para murid yang selalu bersamaNya selama tiga tahun. Ia berterima kasih kepada mereka dan berkata: “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:14).